Jumat, 07 Januari 2011

Damai Sejahtera di Bumi

(Lukas 2:14; Yesaya 9:5-6)

            Ed Silvoso di dalam bukunya yang berjudul Penginjilan dengan Doa mengatakan bahwa, “Allah kita adalah Allah sumber damai sejatera dan bukan Allah peperangan”(Roma 15:33;16:20).  Itu artinya bahwa Allah kita adalah Allah yang senang dengan cara hidup yang berada di jalur nir-kekerasan.   Untuk menghadirkan damai sejahtera di bumi, tidak perlu peperangan dan kekerasan karena keduanya pasti mengakibatkan kehancuran, namun yang dibutuhkan adalah seseorang yang berjiwa pendamai yang mampu memunculkan damai sejahtera itu. 
Damai sejahtera itu bisa terjadi di bumi.   Dengan kata lain damai sejahtera di bumi bukan hanya angan-angan kosong, mimpi dan harapan palsu belaka, tetapi sesuatu keadaan yang bisa terjadi secara nyata.  Inilah berita yang diserukan oleh malaikat-malaikat itu kepada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam. Kabar ini tentu memunculkan sukacita yang tak terhingga,  mungkin telah berminggu-minggu, berbulan-bulan, dan bertahun-tahun, bahkan berpuluh-puluh tahun mereka telah menanti kabar tersebut, akhirnya terdengar juga.
Selama ini, mungkin kabar damai sejahtera itu telah kita tunggu-tunggu?  Dan telah lama kita berkata kepada Tuhan, kapan kabar yang menyukakan itu disampaikan kepadaku?  Kita telah lama berharap pemulihan dalam keluarga, disembuhkan dari sakit yang dialami,  mengalami kemajuan dalam pekerjaan, mengalami peningkatan dalam dunia usaha, mengalami perkembangan dalam pelayanan namun kenapa Tuhan belum melakukannya? Malah permasalahan datang bertubi-tubi dalam hidupku. Hari ini ada kabar yang menyukakan bahwa damai sejahtera yang telah lama kita tunggu-tunggu telah datang ke dalam hidup kita, saya dan Anda hari ini.  Puji Tuhan!
Menemukan Yesaya 9:5, di dalam hati saya muncul sukacita yang besar.  Karena ada seseorang yang dinamakan Raja damai, Ia memberikan damai sejahtera yang tidak berkesudahan di tengah-tengah dunia yang bengkok ini.  Untuk hadirnya damai sejahtera di bumi, tidak boleh tidak, maka harus hadir seorang yang di sebut Raja Damai.  Jadi, kunci pertama agar damai sejahtera terjadi di bumi adalah Raja damai harus turun ke bumi. Ia turun ke bumi dengan sengaja untuk menghadirkan damai sejahtera di bumi.  



Perjumpaan dengan Sang Raja Damailah yang memungkinkan para gembala berubah, dari takut (ay.10) menjadi bersukacita hingga memuji dan memuliakan Allah (ay.20).  Perjumpaan dengan Raja Damailah yang membuat Simeon bisa berkata, “Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera,..”).  Perjumpaan pribadi orang Majus dengan Yesus membuat mereka penuh dengan sukacita (Mat.2:10).  Perjumpaan dengan Tuhanlah yang mengubah hidup Saulus (Kis. 9). Kunci damai sejatera di bumi yang kedua adalah seseorang harus berjumpa dengan-Nya secara pribadi.
Tanpa perjumpaan dengan Tuhan tidak mungkin terjadi damai sejatera.  Mungkin kita mempunyai uang yang banyak, kedudukan yang tinggi, pendidikan yang baik dengan gelar yang tinggi, pelayanan yang diberkati dan berkembang, namun tanpa perjumpaan dengan Tuhan semua itu kosong adanya.  Pertanyaan yang paling penting untuk kita adalah, sudahkah kita mengalami perjumpaan dengan Raja Damai?.  Kalau belum Berjumpalah dengan Dia dan alami hidup yang penuh damai sejahtera.  Perjumpaan dengan-Nya menghasilkan karekter seorang pendamai.  Beberapa karakter seorang pendamai yang terdapat di dalam diri Tuhan Yesus adalah:

1.      Mengasihi dengan kasih yang besar
Dua ribu empat ratus (2400) lebih tahun yang lalu, seorang filsuf yang bernama Empedokles (492-432 SM), mengatakan bahwa di dalam seluruh alam semesta, hanya ada dua kekuatan.  Apakah kedua kekuatan tersebut?  Kekuatan yang pertama adalah kekuatan yang mempersatukan dan kekuatan yang kedua adalah kekuatan yang memisahkan.  Apakah kekuatan yang mempersatukan itu?  Itu adalah cinta kasih. Dan apakah kekuatan yang memisahkan, menceraikan dan memecahkan?   Itu adalah kebencian.  Namun demikian, filsuf-filsuf yang tertinggi di dalam dunia belum pernah menemukan dan memberikan memberikan jawaban atas pertanyaan:  dari manakah cinta kasih sesungguhnya itu berasal dan bagaimana kita dapat mengalahkan kebencian.

Namun Alkitab memberikan jawaban yang tuntas, di dalam Yohanes 3:16, dengan tegas Alkitab berkata bahwa cinta kasih yang sesungguhnya berasal dari Allah.  Allah adalah sumber kasih.  Kasih yang ada pada-Nya bukanlah kasih yang kecil, namun kasih yang besar.  Kasih yang besar itulah yang membuat-Nya melakukan tindakan yang besar, yaitu memberikan Anak-Nya yang tunggal.  Kasih yang besar itu muncul karena ada hati yang besar.  Kasih yang besar itu ada karena ada benih yang besar. 
Itulah Abraham, ia mengasihi Allah bukan dengan kasih yang asal-asalan/sembarangan, tapi ia mengasihi Tuhan dengan kasih yang besar.  Memang untuk terjadi kasih yang besar bukan hanya perlu iman, tetapi perlu tindakan pengorbanan yang besar.

Kasih yang besar pasti membuat kita melakukan tindakan yang besar, demikian juga kasih yang kecil, pasti membuat kita bertindak kecil.  Untuk tindakan besar memerlukan pengorbanan yang besar, tetapi untuk kasih yang kecil membutuhkan pengorbanan yang kecil pula.  Bagaimana dengan kita apakah kita rindu mengasihi dengan kasih yang besar?  Jika ya, maka itulah salah satu dari aspek karakter seorang pendamai yang perlu kita miliki.  Sebab tanpa kasih yang besar tidak mungkin terjadi damai sejahtera di dalam hidup kita.  Kebencian hanya dapat dikalahkan dengan cinta kasih.  Dari dahulu terkenal ada 4 hal yang membuat orang berperang:
a.      Kuasa
b.      Harta
c.       Wanita/Pria
d.      Agama

Entah itu yang namanya perang dingin, maupun yang namanya perang teluk.  Ke 4 hal tersebut sering menimbulkan peperangan.  Inilah yang sering menjadi sumber pertengkaran di rumah, di kantor, di masyarakat, bahkan di negeri kita. Saya percaya semua kebudayaan yang tinggi, agama yang benar, dan pribadi yang agung pasti mencintai yang namanya perdamaian karena mereka rindu akan damai sejahtera.
Mengutip dari Kong Fu Tze, ia berkata “kalau orang baik kepadamu, jangan lupa untuk baik juga kepada orang itu.  Tetapi kalau ditanya:  bagaimana kalau orang itu tidak baik kepada saya, tegas menyatakan pendirian, lurus, jujur, tidak berubah, tetap jalankan pendirian, meskipun tidak disetujui oleh orang lain. 

Namun Lao Tze mengatakan hal yang berbeda, dia berkata “orang jahat kepadamu, perbuatlah yang baik kepada dia. orang tidak baik kepadamu, kamu jangan tidak baik kepada dia.  Kalau dia tidak baik kepadamu, biarlah kamu berbuat baik kepadanya.  Mungkin kamu akan merubah hidupnya,”

Pasca kerusuhan Poso Aa Agym datang ke Tentena dan menyampaikan ceramah di salah satu gereja di Tentana Poso Sulawesi Tengah, ia berkata, “kalau kita bisa berdamai dengan cara membunuh, maka marilah kita saling membunuh satu sama lain”.  Dengan kata lain tidak ada jalan lain untuk bersatu, hidup harmonis selain cinta kasih.

Pernyataan ketiganya sangat baik, namun masih kurang dalam, di sini membuktikan bahwa tidak ada yang bisa menandingi pengajaran Tuhan Yesus. Di dalam Matius 5:44, “kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu”.   Yesus memberikan kita kunci yang cocok untuk terjadinya cinta kasih, yaitu mengasihi musuh dan mendoakannya.

Suatu saat di Jawa Timur gereja di bakar oleh orang jahat, hamba Tuhan berada di dalam gereja tersebut.  Mereka yang membakar gereja tsbt, tahu bhw hamba Tuhan tersebut ada di dalam, mereka menutup pintu gereja rapat2, memastikan bahwa hamba Tuhan tidak bisa keluar.  Seluruh gereja hangus terbakar.  Hari kedua, mereka masuk ke dalam gereja yang sudah hangus itu, untuk memastikan apakah masih ada yang belum terbakar.  Waktu mereka masuk, mereka melihat hamba Tuhan itu terbakar mati hangus, di dalam sikap berlutut.  Ketika melihat hal tersebut hati orang2 yang membakar tertusuk hatinya.  Lalu berkata, “saya membenci dia, dia mendoakan saya, saya membakar dia, dia mendoakan saya.”  Akhirnya org2 itu banyak yang menjadi percaya pada Tuhan Yesus.

2.      Mengampuni hingga “habis”
Yesus ketika berada di atas kayu salib berdoa untuk orang-orang yang menyalibkan-Nya, membenci-Nya, berdosa kepada-Nya, “Bapa ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.”  Pengampunan yang disampaikan Yesus adalah pengampunan yang tidak tersisa, tetapi pengampunan sampai habis.  Tiada batasnya.  Yesus mengampuni kita hingga diri-Nya habis, meskipun dipukul, diolok-olok, ditikam, dicambuk, dipaku, diludahi, dihina, dll, hingga mati.  Pengampunan-Nya sempurna.  Dengan kematian-Nya kita diterima secara sempurna dihadapan Allah.

3.      Merayakan perjalanan iman bersama
Iman yang kita miliki bukan untuk diperdebatkan.  Karunia-karunia rohani yang kita miliki bukan untuk dipertontonkan.  Perbedaan yang kita miliki bukan untuk dipermasalahkan, namun untuk dirayakan bersama di dalam Tuhan Yesus.  Perdebatan sering menimbulkan jarak dan pemisahan.  Dan hal tersebut bukan rencana Ilahi bagi kehidupan orang percaya karena Allah ingin kita menjadi satu di dalam-Nya.  Kita bersama-sama merayakan kemenangan-Nya di Golgota yang telah mengalahkan maut, dosa dan kejahatan.  Mari rayakan kemenangan yang telah dibuat-Nya. 

4.      Melihat damai sejatera sebagai aspek yang dibutuhkan oleh kelompok mayoritas.
Nyanyian yang disampaikan malaikat adalah berita sukacita untuk seluruh bangsa (Lukas 2:10).  Itu berarti kita tidak boleh dengan sengaja mementingkan diri sendiri, membatasi diri, hanya mementingkan kelompok kita saja, tetapi kita harus memperhatikan kelompok mayoritas, karena kabar kesukaan adalah untuk kelompok mayoritas, yaitu bangsa2 di dunia.  Kita bukan hanya berdoa untuk Indonesia tetapi kita juga berdoa untuk Malaysia, dll.

Selamat hidup berdamai!

 “Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.

Soli Deo Glory
Nikodemus Rindin


khotbah