Karena begitu besar kasih Allah akan dunia
ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya
setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang
kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya
ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya
oleh Dia. Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa
tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam
nama Anak Tunggal Allah.Yohanes 3:16-18
Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena
Kristuspun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan
bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya. Ia tidak berbuat
dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya. Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak
membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi
Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil. Ia
sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya
kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh
bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh. Sebab dahulu kamu sesat seperti domba,
tetapi sekarang kamu telah kembali kepada gembala dan pemelihara jiwamu. 1
Petrus 2:21 - 25
Dua bagian firman Tuhan yang kita
baca dengan segera membawa kita untuk melihat kehidupan dari sudut pandang
kebenaran yang sangat menakjubkan bahwa keselamatan yang kita terima itu semua
karena prakarsa Allah seutuhnya. Allah
yang dengan sengaja mengutus Anak yang dikasihi-Nya untuk menyelamatkan orang
yang percaya supaya memperoleh hidup yang kekal. Ada beberapa penekanan yang sangat penting
yang perlu untuk kita perhatikan, mengapa pengorbanan yang Dia kerjakan tidak
sia-sia?
1.
Pengorbanan
itu Ia kerjakan di dalam Kasih-Nya
Kasih adalah merupakan suatu kata penting
di dalam kehidupan, kalau boleh saya katakan - baik di dunia maupun di dalam
surga. Allah Bapa mengasihi Yesus
Kristus (Yoh 15:9), demikian sebaliknya, kasih adalah menjadi ciri kehidupan
surgawi yang membumi. Sehingga Alkitab
mencatat bahwa Allah tidak egois dalam kasih-Nya, Ia sangat mengasihi dunia
sehingga Ia mengutus Yesus untuk mengerjakan kasih-Nya itu (Yoh
8:42;17:4). Proyek Allah yang sangat
besar adalah mengasihi dunia. Itu yang
Alkitab tegaskan. Allah adalah master
plan dari proyek itu, dan Yesus adalah pelaksana dari proyek itu dan Roh Kudus
adalah peneguh dan jaminan dari proyek itu sampai kita memperoleh seluruhnya,
yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaan-Nya
(Ef 1:11-14). Proyek kasih adalah proyek yang tak mudah, memerlukan pengorbanan
karena yang Ia kasihi adalah orang yang lemah, orang yang masih berdosa dan
orang yang melawan-Nya (Roma 5). Proyek
ini kiranya membuat kita tersentak karena memang Allah adalah kasih (1Yoh 4:8)
dan kasih-Nya telah dicurahkan di dalam hati kita (Roma 5:5).
Karena itu adalah bijak bila kita yang
telah menerima kasih Allah meninggalkan dosa dan hidup dalam kebenaran. Bobot
dan kualitas dari kehidupan seorang yang sudah ditebus menjadi berbeda. Dulu hidup untuk dosa maka sekarang hidup
untuk kebenaran. Dulu menolak Kristus
maka sekarang meneladani kehidupan Kristus.
Dulu mengikuti jejak Adam, maka sekarang mengikuti jejak sang
Juruselamat. Pengorbanan Allah tak
mungkin dibantah oleh sejarah dan oleh orang-orang yang menolak-Nya karena
sejatinya pengorbanan-Nya itu tersimpan kuat dalam kasih yang kekal itu. Ia mengasihi dunia dengan kasih secara umum
dan semua orang bisa menikmatinya.
Tetapi dalam kualitas kasih-Nya yang kekal maka Ia mengasihi manusia
secara khusus, ini yang disebut sebagai spesial Grace, hanya orang yang percaya
kepada-Nyalah yang menerima kualitas kasih yang kekal itu. Di dalam kualitas kasih yang kekal Ia
mengasihi manusia sebelum dunia di jadikan, karena ternyata sebelum dunia
dijadikan Ia telah memilih mereka dan menentukan mereka sejak semula untuk
menerima bagian dalam pemilihan itu.
Akan tetapi di dalam kualitas kasih-Nya yang kekal itu, Ia mengasihi
kita saat kita masih menikmati kelemahan kita, saat kita masih menikmati hidup
dalam dosa dan saat kita menikmati perseteruan dengan Allah. Itu sebab sangatlah tepat bila Allah
mengasihi kita hanya karena kasih-Nya. Di dalam kasih itu tersimpan kemurahan
Allah yang tiada tara, meski manusia tidak dapat meraih kasih-Nya tetapi Ia
berikan di dalam anugerah-Nya. Anugerah itulah yang membuat kita bisa menerima
kasih Allah.
Tanpa kasih pengorbanan yang kita
lakukan menjadi hambar. Tetapi karena
kasih kita tahu bahwa kualitas pengorbanan itu sama nilai-Nya dengan diri-Nya
sendiri. Ketika kita memandang salib
maka seharusnya kita mampu melihat pesan yang tersimpan di dalamnya karena di
dalam salib itulah terletak secara sempurna kasih Krisus. Ia rela disesah, dicambuk diludahi dan
dianiaya serta dianggap sebagai penjahat.
Memikul salib bagi-Nya adalah jalan kesukaan karena Dia tahu bahwa di
dalam salib itulah Ia memikul beban dosa manusia. Ia memang tidak layak tetapi Ia memilih untuk
melakukan-Nya.
Pengorbanan dan kasih mempunyai
hubungan yang sangat erat. Kasih tanpa pengorbanan
adalah hambar adanya. Namun pengorbanan
tanpa kasih adalah sia-sia belaka. Karena itu mengasihilah dan berkorbanlah. Sebaliknya berkorbanlah dan lakukanlah karena
kasih. Di dalam dunia ini terlalu banyak
orang yang penuh cinta kasih tetapi tidak mau berkorban. Dan terlalu banyak orang yang berkorban
secara luar biasa tetapi tanpa kasih karena ternyata ada kepentingan di
dalamnya. Bila ada yang rela berkorban karena kepentingan berarti memang ada
udang dibalik batu, lambat laun maksud itu akan tersingkap. Namun bila ada yang rela mengasihi tanpa mau
berkorban maka siap-siaplah kasih yang hambar adanya.Bila kita ingin mengetahui kasih
seseorang maka kita dapat melihatnya dari apa yang ia miliki dan apa yang ia
berikan. Allah memiliki Anak-Nya yang tunggal dan Anak-Nya yang tunggal itulah
yang Ia berikan kepada dunia.
Seorang penginjil India, Sundar
Singh, menulis tentang kebakaran hutan di pegunungan Himalaya yang ia saksikan
ketika sedang melakukan perjalanan. Saat banyak orang berusaha memadamkan api,
ada sekelompok orang yang memandangi sebuah pohon yang dahan-dahannya mulai
dijalari api. Seekor induk burung dengan panik terbang berputar-putar di atas
pohon. Induk burung itu mencicit kebingungan, seakan-akan mencari pertolongan
bagi anak-anaknya yang masih di dalam sarang. Ketika sarang mulai terbakar,
induk burung itu tidak terbang menjauh. Sebaliknya, ia justru menukik ke bawah
dan melindungi anak-anaknya dengan sayapnya. Dalam sekejap, ia beserta
anak-anaknya hangus menjadi abu.
Lalu Singh berkata kepada
orang-orang itu, "Kita baru saja melihat hal yang luar biasa. Allah
menciptakan burung yang memiliki kasih dan pengabdian begitu besar sehingga
rela memberikan nyawanya untuk melindungi anak-anaknya .... Kasih seperti
itulah yang membuat-Nya turun dari surga dan menjadi manusia. Kasih itu juga
membuat-Nya rela mati sengsara demi kita semua."
Cerita di atas adalah sebuah
ilustrasi yang mengagumkan akan kasih Kristus kepada kita. Kita juga berdiri
dengan takjub saat merenungkan api penghakiman suci yang membakar Bukit
Kalvari. Di sanalah Kristus bersedia menderita dan "memikul dosa kita di
dalam tubuh-Nya di kayu salib"
2.
Pengorbanan
itu Ia kerjakan di dalam Keadilan-Nya
Allah berkorban dalam
keadilan-Nya. Pengorbanan yang Ia kerjakan menjadi penggenapan semua korban
yang dilakukan oleh orang-orang yang ada di dalam perjanjian lama, yang tidak
sempurna itu. Semuanya itu disempurnakan
di dalam keadilan Allah. Di dalam
keadilannya, Ia menuntut bahwa semua orang berdosa harus dihukum dan itulah keadilan. Alkitab berkata bahwa semua orang telah
berbuat dosa (Roma 3:23), itu artinya bahwa semua orang sedang berada dibawah
penghukuman. Penghukuman itu berupa kematian, karena Alkitab berkata bahwa upah
dosa adalah maut (Roma 6:23). Kematian
sedang menanti semua orang yang telah jatuh dalam dosa. Namun karena kasih,
maka Allah rela menganugerahkan Anak-Nya yang tunggal. Di dalam kasih-Nya, Allah tidak meniadakan
keadilan. Ia tetap dengan tegas menindak
dosa itu dan menghukum mereka yang berbuat dosa. Di kayu salib kita bukan hanya bisa melihat
sucinya kasih Allah tetapi di salib itu kita juga dibawa untuk melihat bertapa
murkanya Allah pada dosa manusia. Bila kita ingin melihat keadilan Allah
tetaplah dan amatilah dengan sungguh peristiwa salib itu dan tersentaklah. Ia sungguh adil namun Ia rela berkorban
sehingga Anak-Nya yang satu-satunya itu Ia korbankan. Keadilan yang harusnya ditimpakan kepada
manusia yang berdosa, Ia timpakan kepada
Anak-Nya yang sangat dikasihi-Nya. Tidak
mudah memahami keadilan Allah karena adil yang sebenarnya, yaitu menimpakan
kesalahan pada orang yang berbuat salah.
Dan ini mengingatkan kepada kita bahwa pengorbanan dan keadilan menyatu
dengan harmonisnya. Di dalam keadilan Allah, Ia berhak memilih orang yang
diselamatkan dan mereka yang ditentukan binasa.
Kalau Allah benar-benar adil maka Ia harus menghukum semua orang dan
semua pasti binasa. Tetapi justru disatu
sisi keadilannya membawanya untuk memilih
orang yang ditentukannya sejak semua, dan itu adalah sisi keadilan-Nya.
Seorang kakak yang
menjadi hakim, suatu saat dia harus mengadili adiknya sendiri yang terlibat
dalam kasus pembunuhan akhirnya karena kakaknya harus melaksanakan tugasnya
dengan sebaik-baiknya dan harus memutuskan semua perkara dengan benar, akhirnya
ia menjatuhi hukuman kepada adiknya. Namun karena kasihnya, maka dia minta agar
dialah yang menggantikan hukuman yang seharusnya di tanggung oleh adiknya itu.
Dan dia memindahkan baju tahanan dari tubuh adiknya kepada dirinya
sendiri.
Inilah fakta dari
keadilan Allah bahwa Ia telah sungguh adil dalam penghakimannya dan dia
bertindak tegas atas dosa. Tetapi Dia
pun tidak bisa menyangkali bahwa Ia begitu mengasihi manusia sehingga Ia rela
mengorbankan Anak-Nya yang tunggal itu untuk memenuhi keadilannya. Sehingga tuntutan terhadap keadilan telah
ditanggung oleh Yesus Kristus sehingga kematian itu tidak ditimpakan-Nya kepada
manusia tetapi ditimpakan-Nya kepada Anak yang Ia kasihi itu.
3.
Pengorbanan
itu Ia kerjakan di dalam harapan agar kita mati terhadap dosa dan hidup untuk
kebenaran
Kita yang telah ditebus oleh-Nya
karena Ia menginginkan kita untuk mengikuti jejak-Nya yang tidak berdosa, maka
seharusnyalah kita untuk mematikan dosa.
Apakah dosa-dosa yang perlu kita matikan, di dalam Kolose adalah hal-hal
yang Paulus harapankan dari dosa-dosa Jemaat yang harus dimatikan. Namun kepada kita masing-masing tentu kita
harus bersikap tegas terhadap dosa dan meninggalkannya, lalu hidup untuk
kebenaran. Mengapa perlu hidup untuk
kebenaran? Karena kita telah diperbaharui di dalam Kristus (roh dan pikiran),
sehingga mentaati kehendak Allah dan memuliakan nama-Nya. Dia berkorban dengan tujuan yang sangat
penting agar kita bebas dari ikatan dosa dan menerima kehidupan yang baru.
Kebenaran Allah menjadi kesukaan kita sehingga kita menjadi seperti pohon yang
ditanam di tepi aliran air dan menghasilkan buah pada musimnya. Hidup dalam
kebenaran itulah tenda orang yang sudah merdeka, mereka tidak membiarkan diri
diperhamba oleh dosa tetapi mereka membiarkan diri hidup sebagai hamba Allah (1
Petrus 2:16).
4.
Pengorbanan
itu Ia kerjakan agar kita memperoleh hidup yang kekal
Akhirnya, pengorbanan itu
bukanlah pengorbanan yang biasa tetapi pengorbanan yang mematikan kuasa maut
dan membuka pintu kehidupan bagi mereka yang percaya. Hidup yang kekal adalah
tujuan-Nya bagi kita. Ia tidak rela kita
binasa dalam kekekalan tetapi Dia rindu agar kita menikmati kehidupan
bersama-Nya di dalam kekekalan. Dua
tempat bisa sama-sama kekal, tetapi kekekalan yang mereka terima karena percaya
kepada Yesus dan yang tidak percaya tentu sangat berbeda. Yang percaya bersekutu dengan pencipta-Nya dan
yang tidak percaya menerima hukumannya dan binasa. Hidup yang kekal bukanlah
suatu hal yang mudah untuk diraih.
Pandangan universal berkata bahwa hidup kita pada akhirnya akan diterima
oleh semua orang sebab mereka beranggapan bahwa karena Allah sangat mengasihi
dunia maka suatu saat semua orang akan diselamatkan. Namun Alkitab menegaskan bahwa keselamatan
atau hidup kekal itu diterima oleh mereka yang percaya kepada-Nya. Karena ini spesial grace, hanya bagi mereka
yang percaya saja. Kalau begitu apakah Allah pilih kasih? Tentu saja tidak, karena Ia telah mengundang
manusia untuk datang kepada-Nya tetapi mereka menolak-Nya. Dan memang Ia sangat berhak untuk memilih
karena apa haknya manusia menuntut Allah agar menyelamatkan mereka. Allah tahu persis apa yang harus Ia lakukan
dan kitatidak perlu mendiktenya. Biarlah
anugerah hidup yang kekal menyadar ingatkan kita akan kasih Allah bagi kita
manusia yang berdosa. Nikmati persekutuan dengan-Nya, bukan hanya nanti saat
kita tiba di surga tetapi mulailah dari kehidupan kita di dunia ini. Hidup yang kita jalani sebetulnya akan
menunjukan bahwa apakah sebetulnya kita telah menikmati pengorbanan-Nya yang
tidak sia-sia itu.