Mereka berjalan makin lama makin kuat, hendak
menghadap Allah di Sion.
Mazmur
84:8
Hidup
adalah perjalanan iman yang menyenangkan.
Semakin kita memahami kebenaran, semakin kita diajar dan sekaligus
bergumul di dalamnya untuk lebih baik, dan rindu menjadi berkat bagi banyak
orang. Mengoreksi diri dan berbagi hidup
dalam refeksi rohani dalam bentuk tulisan semakin menyukakan. Terkadang ada kalanya merasa lelah dan ingin
beristirahat untuk tidak menulis, namun setelah saya tahu bahwa pembaca dari
tulisan Christosent Discipleship Ministry ini mencapai 1.990 pembaca dari
berbagai belahan dunia. Tak disangka dan
tak pernah terbayangkan pada akhirnya blog ini telah menjadi berkat bagi mereka
yang membacanya. Kiranya anda yang
membaca tulisan dalam bentuk renungan ini
bisa terus kuat dan semangat dalam perjuangan iman. Dan senantiasa menikmati
waktu yang indah bersama dengan Tuhan.
Dan kiranya rohmu dikuatkan dalam segala hal dan saya percaya ketika
kita memiliki hubungan yang akrab dengan Tuhan, maka kita bisa melihat betapa
panjang, dalam dan lebar kasih Kristus yang menopang dan menuntun hidup kita.
Pemazmur
bani Korah adalah suatu keluarga dari suku Lewi yang pandai bernyanyi. Puji-pujian yang indah dinaikan kepada Tuhan,
dengan penuh sukacita dan dengan penuh keagungan. Syiarnya yang indah menambah rasa kegaguman
kepada Allah yang disembah. Perjalanan
imannya yang begitu agung dituangkan dalam bentuk kerinduannya yang mendalam
akan Allah yang dipercayai. Mempercayai
Allah dan menikmati kekaguman akan Dia itulah yang terjadi. Allah yang disembah bukan Allah yang mati
namun Ia adalah Allah yang hidup. Ia
mendengar pujian yang dinaikan oleh umat-Nya lewat pujian. Dan Ia sungguh menikmati pujian itu. Sang pemazmur pun menikmati puji-pujian yang
dipersembahkan kepada Tuhan. Dia mengungkapkan
bahwa di senang dengan tempat kediaman Tuhan.
Bila seseorang yang mengatakan dirinya dekat dengan Tuhan, tetapi tidak
suka dengan tempat kediaman-Nya maka sebetulnya kedalaman imannya yang
sesungguhnya perlu dipertanyakan. Bukankah
kesenangan kita dengan Tuhan harus juga diwujudkan dalam tindakan nyata, dan
kita senang pergi ke rumah ibadah. Memuliakan Dia dan bersukacita bersama
dengan semua orang yang percaya di dalam gereja. Kita menikmati hadir-Nya dan kita bertumbuh
dalam persekutuan bersama orang-orang beriman. Kerinduan yang begitu dalam
membuat jiwanya hancur karena merindukan tempat yang khusus itu. Apakah memang
tempat itu yang menjadi alasannya? Tentu saja tidak, namun tempat itu menjadi
simbol kerinduan akan Pribadi Allah itu sendiri.
Memang seharusnya, Allah dan kehadiran-Nya menjadi hasrat kita. Sebab Dia bukan hanya Allah, namun Ia adalah
Tuhan dan Raja atas hidup kita. Semakin
dalam kita mengenal Dia, maka kita dibuatnya semakin rindu dan haus akan Dia. Daud sampai merasakan ada
kalanya Tuhan dirasa begitu jauh dan adakalanya Ia terasa begitu dekat. Gambaran jauh dan dekat seolah menjadi ukuran dalam kebersaman dengan Tuhan. Tentu saja hanya mereka yang pernah dekat
dengan-Nya bisa merasakan situasi seperti itu. Yang pasti Tuhan tidak pernah jauh dari kita, yang ada hanyalah kita yang menjauh daripada-Nya.
Mengapa mereka begitu rindu akan kehadiran Allah?
Pertama, karena
mereka yang jauh dari Allah jiwanya merasa hancur. Pernahkah anda merasakan jiwa yang hancur
karena telah jauh dari Tuhan? Saya pernah merasakan situasi seperti itu ketika
dalam pelayanan terhadap salah satu suku di indonesia. Melayani sebuah suku membuat dirimu merasa
terasing dan kering. Jangankan
musik-musik rohani atau khotbah, terkadang membaca Alkitab pun kita harus
sembunyi-sembunyi. Mentor memberikan
waktu untuk bersekutu dan berdiskusi tentang firman Tuhan adalah pada hari-hari
tertentu yang sudah ditentukan. Pada
awalnya saya masih tahan dan menikmati keadaan tersebut, namun setelah masuk
pada tahun ketiga jiwa terasa kering dan rohani lemah. Kehidupan yang demikian bagaikan berada
dipadang gurun. Ketika mau minum rasanya
sulit sekali mendapatkan air. Jiwa saya
hancur, namun karena kehausan yang begitu dalam saya memutuskan untuk membaca
firman Tuhan pada saat larut malam dan pergi ke gereja secara diam-diam. Jiwa hancur karena Allah begitu luar biasa
sehingga pada tahun ke empat, saya memutuskan untuk pelayanan di gereja saja
sebab saya tidak tahan dengan situasi hidup rohani seperti demikian. Mungkin ini gambaran tentang kehancuran jiwa
yang dialami oleh pemazmur, dia mengalami keinginan yang dalam akan Allah. Ia rindu memiliki kepuasan hidup bersama
dengan Allah. Apakah ini menjadi
semangat kita, merindukan Allah memuaskan kita dengan kehadiran-Nya?
Kedua, karena
ada kebahagiaan dalam hidup. Bahagia
yang sejati adalah ketika kita tahu siapa sesungguhnya Allah yang kita
percayai. Iman yang begitu dalam dan
semangat yang tak terpadamkan menuntut pemenuhan yang luar biasa. Allah menjadi pusat yang mendatangkan kebagiaan
yang sejati. Itu sebab segala
puji-pujian dinaikan kepada Allah dan mereka merasa ketika mereka meninggikan
nama-Nya ada kekuatan yang mengalir di dalam seluruh kehidupan yang menuntun
mereka untuk bergerak, berkata-kata dan berani membayar harga karena Dia layak
menerima-Nya. Bila Allah tidak menjadi
kebagiaan kita maka sebenarnya kita telah kehilangan makna kebagiaan dalam hidup.
Semua kebahagiaan yang ditawarkan oleh dunia ini adalah semu adanya, dan
fana. Kita hanya dibuat senang sementara
dan sedih selamanya. Namun di dalam Dia
kita memiliki kebahagiaan yang kekal. Kebahagiaan
inilah yang memimpin kita untuk terus semangat dalam perjuangan dan
pertandingan iman di dalam dunia ini. Berbahagialah
mereka yang percaya kepada Tuhan.
Ketiga, karena
mereka berjalan makin lama makin kuat.
Pejalanan iman tidak pernah membuat orang semakin lemah, hanya iman yang
salahlah yang membuat orang lemah. Namun
bila seseorang berjalanan di dalam perjalanan iman yang benar maka secara
progresif perjalanan imannya semakin kuat.
Bukan karena kekuatan diri namun karena ada kekuatan yang menopang
hidupnya. Perjalanan yang keras
sekalipun tidak pernah dapat melemahkan langkah mereka. Bahkan apabila mereka melintasi lembah baka,
mereka tidak pernah putus asa, namun mereka membuatnya menjadi tempat yang
bermata air. Tak ada satupun persoalan
dapat menghambat langkah orang yang berserah penuh kepada Tuhan. Inilah yang seharusnya terjadi pada semua
orang percaya. Mereka tak boleh dilemahkan
langkahnya hanya karena persoalan hidup, namun mereka harus melangkah maju
dalam ketetapan hati yang berpegang pada Tuhan.
Kekuatan yang sedemikian menjadi model dari hidup kekristenan yang tak
boleh ikut arus zaman. Namun kita harus
memiliki kekuatan yang kuat, sebab hendak menghadap Allah di Sion. Sehingga perjalanan iman harus mempunyai arah
yang jelas, yaitu Allah. Bukan yang
lain. Bila Allah menjadi arah perjalanan iman kita maka arah tersebut membuat
kita melangkah dengan penuh semangat dan taat.
Karena itu jangan pernah membuat arah perjalanan yang lain selain
daripada jalan yang menuju kepada Allah yang hidup.
Keempat, Allah
tidak pernah menahan kebaikan dari orang yang hidup tidak bercela. Tuhan tak pernah menahan kebaikan. Kebaikannya telah dirasakan oleh semua orang
di dunia ini. Secara universal Dia baik
karena semua alam semesta bisa dinikmati oleh semua orang. Semua orang bisa bernafas dan semua orang
bisa menikmati sinar matahari. Namun
secara khusus, baikan Tuhan bisa dirasakan oleh mereka yang percaya kepada-Nya.
Mereka bisa menikmati keselamatan di dalam Dia. Menikmati kasih Allah yang
sempurna. Kasih dan kemuliaan-Nya Ia
berikan. Ia mendengarkan doa orang
percaya. Ia menjadi perisai. Dan Ia menjadi tempat perteduhan orang
percaya. Tak ada gunanya bagi Tuhan
untuk menahan kebaikan. Ia rela
memberikan dan menyerahkan kebaikan-Nya kepada mereka yang mau menerima-Nya. Sama seperti seorang ayah atau ibu yang
selalu ingin melakukan kebaikan kepada anak-anaknya, demikian juga dengan Allah
kita. Ia rindu memberikan kebaikan-Nya
itu, dan kita dianggap-Nya layak menerimanya.
Ketika kita berpikir bahwa Allah itu jahat, maka bagian ini mematahkan
pemikiran tersebut. Kalau Allah
memberikan displin kepada umat kesayangan-Nya itu memang seharusnya. Tak ada
kejahatan dalam disiplin. Allah
mendisiplin kita dengan tujuan untuk mengubah dan membawa kita untuk melihat
kasih dan kebaikan-Nya. Kebaikan bisa
diartikan sebagai bentuk cara Allah bekerja di dalam segala untuk mendatangkan
kebaikan bagi hidup kita. Itu sebab Ia
turut bekerja, Ia aktif mendatangi manusia yang berdosa dan melakukan
penebusan. Ia aktif memelihara hidup
kita. Dia dalam kebaikan-Nya yang
sempurna Ia sampai rela menyerahkan nyawa-Nya.
Itu Ia lakukan agar kita tak binasa.
Namun menikmati sukacita dan kemuliaan bersama-Nya di Surga.