Selasa, 17 Mei 2016

Menolak Godaan



Kejadian 39:1-12

Godaan, sejatinya telah masuk ke dalam dunia dan sistem kehidupan manusia.  Usianya telah hampir sama dengan usia dunia. Menarik dari dulu sampai sekarang sang penggoda masih eksis keberadaannya.  Ia tak pernah lekang oleh waktu dan tak pernah jera menggoda.  Ia masuk di dunia nyata dan dunia maya. Semua era tak masalah baginya, medianya bisa berbeda tetapi ia tahu persis bagaimana caranya memikat pria dan wanita di segala usia. Yang pasti bujukannya mematikan logika dan membangun harapan penuh kesenangan. 

Menurut mitologi Yunani, peri laut mendiami beberapa daerah Pantai Mediterania. Pada saat kapal-kapal lewat, para peri tersebut menyanyikan lagu-lagu memikat. Akibat mendengar nyanyian tersebut, para pelaut akan terjun dari kapal dan tenggelam. Mereka tertarik oleh musik lagu-lagu itu. Pada saat itu, Odysseus sedang berada di atas sebuah kapal yang harus melalui jalur itu. Karena sadar akan godaan lagu-lagu tersebut, ia kemudian memberi perintah agar ia diikat dengan tali pada tiang kapal dan agar telinga para awak kapal ditutupi dengan lilin. Dengan demikian, mereka tidak lagi mendengar musik para peri yang menggoda. Berkat tindakan pencegahan tersebut, Odysseus dan para awak kapal dapat berlayar terus. Mereka pun tidak jatuh ke dalam godaan peri-peri laut. 

Kisah tentang Yusuf selalu menarik untuk dipelajari.  Seorang yang sangat dikasihi oleh sang ayah, kini berstatus sebagai seorang budak yang harus tinggal di negeri asing karena ulah saudara-saudaranya.  Kini ia harus memulai hidupnya seorang diri dan mengabdi kepada sang tuan.  Meniti karir dari bawah bahkan dari titik terendah sebagai seorang budak yang hidup dan matinya sangat bergantung pada sang tuan.  

Modalnya adalah pengabdian kepada sang tuan artinya menjalani hidup tanpa modal materi, tanpa saudara, tanpa jabatan yang bagus, tanpa pengalaman yang memadai, tanpa modal pengalaman namun modal yang lain yang ia miliki adalah penyertaan Tuhan (ay.2).  Bagi orang dunia mana mungkin seseorang bisa berhasil hanya mengandalkan pengabdian dan mana mungkin orang akan berhasil hanya karena mengandalkan penyertaan Tuhan, hampir sulit masuk ke akal sehat kita bila seseorang memulai kehidupannya tanpa modal materi, modal pendidikan dan modal persaudaraan serta pertemanan yang baik.  Itu sebab di dalam dunia ini orang berlomba-lomba mengejar materi sebanyak-banyaknya, berlomba-lomba mengejar pendidikan yang tinggi dan berlomba-lomba mencari pergaulan yang baik dengan harapan bahwa suatu saat akan menjadi orang yang hebat dan berhasil.  Hampir sedikit orang yang bermodalkan iman kepada Tuhan secara sungguh-sungguh dan mementingkan penyertaan Tuhan dalam hidupnya. Sehingga ada orang berkata tidak ada gunanya beragama secara sungguh-sungguh, kehidupan rohani tidak terlalu penting tetapi yang paling penting adalah kehidupan jasmani.  Rohani adalah sesuatu yang bisa pikirkan nanti, tetapi yang penting kehidupan jasmani karena ini adalah sesuatu yang sekarang ini. Namun ternyata pikiran seperti itu adalah sesuatu yang salah sebab sesuatu yang rohani lebih penting dari pada yang jasmani.  Apa yang kita sentuh dalam dunia spiritual akan berdampak pada dunia material.  Sebaliknya, apa yang kita kerjakan dalam dunia material akan berdampak dalam dunia spiritual sehingga apa yang dikerjakan oleh Yusuf atmosfirnya sangat terasa dan itu dirasakan oleh sang tuan bahwa Yusuf disertai oleh Tuhan dan Tuhan membuat berhasil segala sesuatu yang dikerjakannya. Bila orang berkata kalau kita hebat karena kepintaran kita dan kecerdasan yng kita miliki itu biasa terjadi tetapi bila ada orang merasa bahwa kita hebat karena ada Allah yang bekerja di dalam kita itu luar biasa.  Pernahkah kita kagum akan kehebatan Tuhan dalam hidup kita atau jangan-jangan kita kagum dengan kehebatan diri kita diluar kekaguman akan Tuhan.  Yang menarik adalah orang yang tidak percaya bisa kagum akan Tuhan yang bekerja melalui Yusuf ini sesuatu hal yang ajaib.  

Keberhasilan Yusuf di dalam rumah tuannya membuahkan kepercayaan dari tuannya sehingga kepadanya diberikan kuasa atas rumahnya dan segala miliknya diberikan kepada kekuasaan Yusuf.  Dan seiring dengan kepercayaan itu maka tangan Tuhan memberkati rumah orang Mesir itu karena Yusuf, berkat-Nya ada atas segala miliknya, baik yang dirumah maupun di ladang. Menyerahkan segala sesuatu untuk dikerjakan oleh orang yang dipercaya itu mudah.  Namun bila sang tuan bisa memberikan kepercayaan apalagi semua atas rumah dan atas milik yang dipunya itu luar biasa.  Berarti saking percayanya seorang tuan kepada hambanya sehingga ia lakukan itu semua.  Namun ada dua hal yang penting yang tidak diserahkan, yaitu makanannya sendiri dan istrinya.  Mengapa hal makanan tidak diserahkan kepada Yusuf karena memang orang Mesir tidak boleh makan dengan orang Ibrani (Kej. 43:32).  Ada batasan yang memang diberikan, ada yang boleh dan ada yang tidak.  Hal tersebut tidak ada hubungan dengan ketidakpercayaan terhadap Yusuf tetapi hal itu menyangkut keyakinan dan moral. Apa yang dilakukan oleh Yusuf sangat baik dan apa yang dikerjakannya memuaskan sang tuan.  Kepercayaan diberikan dan dalam sekejap posisi Yusuf menjadi meningkat dari budak biasa menjadi budak istimewa.  Ketika kepercayaan itu datang dan kekuasaan ada ditangan Yusuf tidak gelap mata dan tidak mempergunakan kesempatan itu untuk memperkaya diri atau korupsi.  Ia tetap hidup benar dan mengerjakan semua tugasnya dengan baik. 

Saya bayangkan ketika semua kepercayaan dan kekuasaan telah ditaruh di bawah kekuasaan Yusuf, maka sekejap saja tanpa Yusuf maka sang tuan akan kewalahan.  Artinya saking bergantungnya sang tuan pada Yusuf, baginya kehadiran Yusuf sangat berarti dan dinanti.  Ada Yusuf sesuatu banget tetapi tanpa Yusuf juga sesuatu banget.  Sebab Yusuf adalah orang yang sangat dibutuhkan.  Suatu hari ada seorang teman bercerita bahwa bossnya sangat kewalahan dan keteteran saat dia pergi mengambil cuti.  Bossnya berkata kalau tidak ada kamu saya menjadi sangat sibuk tetapi kalau ada kamu saya bisa lebih santai.  Artinya kehadiran seseorang yang mampu bekerja dengan baik, itu sangat dibutuhkan oleh sang atasan.  Kehadiran anda di nanti di sana.  Berapa pun bayarannya, bila kerja baik itu bukan suatu masalah.  Namun bila kerjanya malas, ngawur alias tidak karuan dan buang-buang waktu, jangankan kepercayaan dan kekuasaan membayar gajipun terasa berat. 

Ternyata bukan hanya Potifar yang senang dengan Yusuf, diam-diam sang nyonya Potifar memandang Yusuf dengan penuh keinginan.  Bukan hanya ingin menjadikan dia sebagai budak istimewa tetapi ingin menjadikan dia sebagai pemuas nafsunya.  Dalam titik ini kita bertemu bahwa dibalik pimpinan Tuhan dan kesuksesan seseorang maka dia perlu terus berhati-hati.  Mengapa pimpinan Tuhan itu perlu karena tanpa Tuhan mana mungkin kita disanggupkan untuk menghadapi godaan hidup. Yusuf digoda oleh nyonya Potifar, namun Yusuf dengan tegas berkata bahwa dipunya kekuasaan dan kepercayaan tetapi di tidak mungkin melakukan itu karena ia istri Potifar sebab dengan berbuat demikian berarti ia telah melakukan kejahatan yang besar dan berbuat dosa terhadap Allah.  Bagi Yusuf dosa harus ditolak dengan sikap yang keras tanpa kompromi.  Tidak penting ia istri majikan atau bukan.  Hidup benar harus menjadi sikap anak Tuhan.  Benar di dalam pekerjaan dan benar di dalam kehidupan moral serta benar dalam kehidupan spiritual. Keberanian menolak godaan, apalagi godaan yang dilakukan oleh atasan memang tak mudah bagi sebagian orang sebab atas nama takut dikucilkan, takut dibenci, takut dipecat dan takut turun jabatan akhirnya beberapa orang memilih untuk kompromi.  Tetapi Yusuf memilih bersikap tegas.  Tidak untuk dosa.  Suatu kali ada seorang yang bercerita kepada saya bahwa perusahaannya mencuri aliran listrik negara dan itu atas permintaan dari atasannya.  Jangan bilang itu pasti bukan orang Kristen, saya mau bilang ia orang kristen dan yang sangat memalukan dia adalah seorang aktivitas gereja. Mana mungkin?  Kita terlalu sering bersembunyi di balik jabatan rohani dan menjadikannya sebagai alat untuk memperlancar kejahatan.  Ada orang yang saya kenal, dia menipu temannya sesama pengusaha.  Dan dia berkata encik tenang aja akukan pelayan gereja gak mungkin menipu encik. Apalagi aku udah anggap encik saudara. Entah apa yang merasuk pikiran orang ini sehingga ia berani menipu orang lain, sampai orang kehilangan uang hitungan M.  Kita berkata kata tidak mungkin orang gereja bisa menipu.  Ah jangankan orang gereja pendeta pun banyak penipu, hanya bermodalkan jubah rohani.  Namun inilah yang menjadi pertarungan kita bagaimana melawan semua aksi jahat setan.  Ia bisa menjelma menjadi malaikat terang, berdoalah agar kita jangan tergoda karenanya.  

Yusuf memilih sesuatu yang tepat, ia memilih untuk menolak.  Sementara di sana banyak laki-laki yang anteri menunggu godaan dari istri Potifar,  apakah Yusuf terlalu bodoh? Ya, Yusuf terlalu bodoh, coba dia mau melakukannya pasti hidupnya lebih baik, lebih nyaman dan tidak di masukan dalam penjara, itu kata dunia.  Banyak orang berkata kalau kita ikut Tuhan pasti sukses dan lancar.  Siapa bilang, mungkin anda ikut Tuhan bisa saja bangkrut dan kehilangan kenyaman.  Tetapi satu hal yang saya tahu, anda ikut Tuhan pasti pikul salib.  Yesus berkata, barangsiapa mau ikut Aku, ia harus menyangkal diri, memikul salibnya dan mengikut Aku.  Berita ini menjadi berita yang sulit untuk diterima oleh orang yang menabur teologi kemakmuran.  Namun ini berita Alkitab.  Apa kurangnya Yusuf, ia orang benar, ia menolak dosa tetapi masuk penjara karena menolak godaan.  Itu sebab tak ada jalan sukses dan nyaman bagi merek yang sungguh-sungguh hidup benar di hadapan Tuhan.  

Yusuf tegas menolak, ia berkata TIDAK nyonya Potifar, walau nyonyanya selalu menggodanya dari hari ke hari.  Kali ini siasat di atur, strategi di buat, mana tahu Yusuf malu atau takut karena ada orang.  Sehingga dikosongkannyalah rumah itu sehingga terlihat seakan-akan tidak ada orang, tidak ada tuan Potifar dan tidak ada TUHAN.  Kini yang ada hanya Yusuf dan nyonya Potifar. Saat ada orang mungkin kita akan menolak godaan.  Tetapi saat tidak ada orang mungkin saja seseorang akan berbeda sikapnya.  Ketika rumah itu kosong, tidak ada orang maka istri Potifar beraksi, diluar pikirannya ternyata Yusuf tetap menolak.  Yusuf bukan tipe orang yang plin plan, ia orang yang sekali berkata tidak tetap tidak.  Hidup yang tidak bisa dipegang omongan memang sulit.  Kadang ada orang depan berkata ia tetapi dibelakang berkata tidak.  Musuh yang paling sulit untuk dideteksi adalah musuh kepalsuan.  Ia biasanya bermuka dua.  Itulah kejahatan yang terselubung.  

Sebagai umat kristiani, kita perlu senantiasa siap sedia melawan setiap godaan yang jahat. Kita harus membenci dosa dan bersikap serius dalam melawan godaan-godaannya dengan memutuskan untuk menyangkal keinginan diri kita untuk ambil bagian di dalamnya. Ketika kita dihadapkan pada sebuah godaan untuk menyimpang dari jalan Allah dalam hidup kita, kita harus ingat bahwa kita memiliki panggilan yang lebih tinggi sebagai hamba Yesus, yaitu hidup memuliakan nama-Nya. Owens-Collins mengatakan dalam syair lagunya:

Kala kuasa gelap menyerbu datang,
Tuhanlah Panglima Perang!
Dia mengangkat panji, kuasa darah-Nya
Bersama-Nya kita 'kan menang!

Rabu, 20 April 2016

Jalan yang sulit



Lukas 9:23;13:24

Jalan yang Sulit tentu tak banyak orang yang suka karena dunia lebih senang menerima dan menapaki jalan hidup yang mudah dan lebar sehingga menghindari pemberitaan tentang jalan salib atau jalan sengsara tetapi lebih senang mendengar para motivator berbicara tentang jalan hidup yang mudah dan hidup meraih sukses sebanyak-banyaknya. Sayangnya gereja pun ikut terpeleset dan ambil bagian dalam menebar pemberitaan tentang jalan sukses itu sehingga ajaran ini masuk lebih mulus, tumbuh dan menjalar ke dalam gereja melalui para pengajar teologi sukses - kemakmuran.  Baginya, ikut Yesus pasti sukses, diberkati berlimpah-limpah dan jalan hidup lebih baik dari sebelumnya.

Namun Yesus dengan tegas menolak ajaran itu dan mengatakan bahwa setiap orang yang mau mengikut-Nya harus memikut salibnya setiap hari dan berjuang untuk masuk melalui pintu yang sesak atau yang sulit itu.  Sesungguhnya bahwa tidak ada jalan yang mudah bagi orang yang mengaku percaya kepada-Nya. Di dalam Dia kita diproses, dibentuk, dihancurkan, dan diijinkan mengalami kebangkrutan diri sebagai bagian dari penyangkalan diri untuk dibangun menjadi manusia baru. Di dalam kebangkrutan diri kita menyadari ketidakberdayaan, ketidakmampuan dan kekosongan hidup tanpa Kristus yang bertahta di dalamnya. Dia yang menjadi pemimpin dan yang berkuasa penuh atas hidupku karena hidupku adalah milik-Nya seutuhnya. Tantangan dan salib bukan menjadi sesuatu yang terlalu berat dipikul dan membuat kita cengeng sehingga harus dihindari. Oswald Smith mengatakan, jika kekristenan dikabarkan dengan sesungguhnya, maka tidak akan menjadi berita yang populer. Inilah kekristenan sejati! Namun bukan berarti kita gemar memberitakan tentang penderitaan dan pergumulan hidup serta memaksa orang untuk hidup menderita. Yang dikatakan Yesus Kristus adalah jika kita ikut Dia, maka hal-hal ini tak terelakkan. Karena nabi-nabi bergumul, rasul-rasul bergumul, bapa-bapa gereja dianiaya, maka kita pun seharusnya rela dan berani menyangkal diri, memikul salib setiap hari dan berjuang dalam memelihara iman yang murni serta mengikut Yesus dengan sungguh-sungguh. Berani hidup benar meski tidak disukai.  Berani berkata benar meski seorang diri. 

Mengapa jalan ini sulit? Ini bukanlah jalan yang dapat diusahakan oleh kecakapan, kebaikan, kesucian dan kepintaran manusia. Karena siapakah manusia yang layak dihadapan Allah dan mampu memperkenankan-Nya melalui hidupnya sehingga Tuhan harus menerimanya dan menyelamatkannya.  Itu sebab di dalam jalan sulit ini kita hanya perlu anugerah Tuhan dan memerlukan tangan-Nya terbuka menyambut kita.  Mengikut-Nya dan diselamatkan itu hanya karena kehendak-Nya semata.  Dan dijalan itu, kita boleh memikul salib setiap hari sebagai bagian dari tanggungjawab hidup orang yang sudah ditebus.  Itu sebab anugerah tanpa salib menjadi anugerah yang murahan dan bisa salah pengertian bahkan bisa saja terjadi penyelewengan. Merasa sudah diselamatkan dan boleh berbuat dosa karena anugerah Allah selalu tersedia, seperti konsep pemikiran hyper-grace. Padahal anugerah Allah adalah anugerah yang disertai dengan tanggungjawab si penerimanya, yakni menyangkal keinginan daging dan memikul tanggungjawab sebagi orang yang percaya. Namun salib tanpa perjuangan iman, tidak akan pernah membentuk seseorang menjadi tangguh dan bertumbuh dengan sehat di dalam kerohanian.  Di dalam realita perjuangan iman yang dihadapi orang percaya, kita akan diproses di bentuk dan di bangun di dalam Dia sehingga terus berdiri dalam iman yang kokoh. Perjuangan iman menolong seseorang untuk bertumbuh dalam anugerah-Nya dan menghasilkan kematangan rohani untuk tetap teguh dalam iman percaya.   Akhirnya, marilah kita terus berjalan di jalan yang sulit ini dengan setia dalam pertandingan iman dan mengakhirinya dengan baik.

Rabu, 30 Maret 2016

Pengorbanan Yang Tidak Sia-sia



Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia. Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah.Yohanes 3:16-18

Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristuspun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya. Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya. Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil. Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh. Sebab dahulu kamu sesat seperti domba, tetapi sekarang kamu telah kembali kepada gembala dan pemelihara jiwamu. 1 Petrus 2:21 - 25

Dua bagian firman Tuhan yang kita baca dengan segera membawa kita untuk melihat kehidupan dari sudut pandang kebenaran yang sangat menakjubkan bahwa keselamatan yang kita terima itu semua karena prakarsa Allah seutuhnya.  Allah yang dengan sengaja mengutus Anak yang dikasihi-Nya untuk menyelamatkan orang yang percaya supaya memperoleh hidup yang kekal.  Ada beberapa penekanan yang sangat penting yang perlu untuk kita perhatikan, mengapa pengorbanan yang Dia kerjakan tidak sia-sia?

1.   Pengorbanan itu Ia kerjakan di dalam Kasih-Nya
Kasih adalah merupakan suatu kata penting di dalam kehidupan, kalau boleh saya katakan - baik di dunia maupun di dalam surga.  Allah Bapa mengasihi Yesus Kristus (Yoh 15:9), demikian sebaliknya, kasih adalah menjadi ciri kehidupan surgawi yang membumi.  Sehingga Alkitab mencatat bahwa Allah tidak egois dalam kasih-Nya, Ia sangat mengasihi dunia sehingga Ia mengutus Yesus untuk mengerjakan kasih-Nya itu (Yoh 8:42;17:4).  Proyek Allah yang sangat besar adalah mengasihi dunia.  Itu yang Alkitab tegaskan.  Allah adalah master plan dari proyek itu, dan Yesus adalah pelaksana dari proyek itu dan Roh Kudus adalah peneguh dan jaminan dari proyek itu sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaan-Nya (Ef 1:11-14). Proyek kasih adalah proyek yang tak mudah, memerlukan pengorbanan karena yang Ia kasihi adalah orang yang lemah, orang yang masih berdosa dan orang yang melawan-Nya (Roma 5).  Proyek ini kiranya membuat kita tersentak karena memang Allah adalah kasih (1Yoh 4:8) dan kasih-Nya telah dicurahkan di dalam hati kita (Roma 5:5).  

Karena itu adalah bijak bila kita yang telah menerima kasih Allah meninggalkan dosa dan hidup dalam kebenaran. Bobot dan kualitas dari kehidupan seorang yang sudah ditebus menjadi berbeda.  Dulu hidup untuk dosa maka sekarang hidup untuk kebenaran.  Dulu menolak Kristus maka sekarang meneladani kehidupan Kristus.  Dulu mengikuti jejak Adam, maka sekarang mengikuti jejak sang Juruselamat.  Pengorbanan Allah tak mungkin dibantah oleh sejarah dan oleh orang-orang yang menolak-Nya karena sejatinya pengorbanan-Nya itu tersimpan kuat dalam kasih yang kekal itu.  Ia mengasihi dunia dengan kasih secara umum dan semua orang bisa menikmatinya.  Tetapi dalam kualitas kasih-Nya yang kekal maka Ia mengasihi manusia secara khusus, ini yang disebut sebagai spesial Grace, hanya orang yang percaya kepada-Nyalah yang menerima kualitas kasih yang kekal itu.  Di dalam kualitas kasih yang kekal Ia mengasihi manusia sebelum dunia di jadikan, karena ternyata sebelum dunia dijadikan Ia telah memilih mereka dan menentukan mereka sejak semula untuk menerima bagian dalam pemilihan itu.  Akan tetapi di dalam kualitas kasih-Nya yang kekal itu, Ia mengasihi kita saat kita masih menikmati kelemahan kita, saat kita masih menikmati hidup dalam dosa dan saat kita menikmati perseteruan dengan Allah.  Itu sebab sangatlah tepat bila Allah mengasihi kita hanya karena kasih-Nya. Di dalam kasih itu tersimpan kemurahan Allah yang tiada tara, meski manusia tidak dapat meraih kasih-Nya tetapi Ia berikan di dalam anugerah-Nya. Anugerah itulah yang membuat kita bisa menerima kasih Allah.

Tanpa kasih pengorbanan yang kita lakukan menjadi hambar.  Tetapi karena kasih kita tahu bahwa kualitas pengorbanan itu sama nilai-Nya dengan diri-Nya sendiri.  Ketika kita memandang salib maka seharusnya kita mampu melihat pesan yang tersimpan di dalamnya karena di dalam salib itulah terletak secara sempurna kasih Krisus.  Ia rela disesah, dicambuk diludahi dan dianiaya serta dianggap sebagai penjahat.  Memikul salib bagi-Nya adalah jalan kesukaan karena Dia tahu bahwa di dalam salib itulah Ia memikul beban dosa manusia.  Ia memang tidak layak tetapi Ia memilih untuk melakukan-Nya.

Pengorbanan dan kasih mempunyai hubungan yang sangat erat.  Kasih tanpa pengorbanan adalah hambar adanya.  Namun pengorbanan tanpa kasih adalah sia-sia belaka. Karena itu mengasihilah dan berkorbanlah.  Sebaliknya berkorbanlah dan lakukanlah karena kasih.  Di dalam dunia ini terlalu banyak orang yang penuh cinta kasih tetapi tidak mau berkorban.  Dan terlalu banyak orang yang berkorban secara luar biasa tetapi tanpa kasih karena ternyata ada kepentingan di dalamnya. Bila ada yang rela berkorban karena kepentingan berarti memang ada udang dibalik batu, lambat laun maksud itu akan tersingkap. Namun bila ada yang rela mengasihi tanpa mau berkorban maka siap-siaplah kasih yang hambar adanya.Bila kita ingin mengetahui kasih seseorang maka kita dapat melihatnya dari apa yang ia miliki dan apa yang ia berikan. Allah memiliki Anak-Nya yang tunggal dan Anak-Nya yang tunggal itulah yang Ia berikan kepada dunia.

Seorang penginjil India, Sundar Singh, menulis tentang kebakaran hutan di pegunungan Himalaya yang ia saksikan ketika sedang melakukan perjalanan. Saat banyak orang berusaha memadamkan api, ada sekelompok orang yang memandangi sebuah pohon yang dahan-dahannya mulai dijalari api. Seekor induk burung dengan panik terbang berputar-putar di atas pohon. Induk burung itu mencicit kebingungan, seakan-akan mencari pertolongan bagi anak-anaknya yang masih di dalam sarang. Ketika sarang mulai terbakar, induk burung itu tidak terbang menjauh. Sebaliknya, ia justru menukik ke bawah dan melindungi anak-anaknya dengan sayapnya. Dalam sekejap, ia beserta anak-anaknya hangus menjadi abu. 

Lalu Singh berkata kepada orang-orang itu, "Kita baru saja melihat hal yang luar biasa. Allah menciptakan burung yang memiliki kasih dan pengabdian begitu besar sehingga rela memberikan nyawanya untuk melindungi anak-anaknya .... Kasih seperti itulah yang membuat-Nya turun dari surga dan menjadi manusia. Kasih itu juga membuat-Nya rela mati sengsara demi kita semua." 

Cerita di atas adalah sebuah ilustrasi yang mengagumkan akan kasih Kristus kepada kita. Kita juga berdiri dengan takjub saat merenungkan api penghakiman suci yang membakar Bukit Kalvari. Di sanalah Kristus bersedia menderita dan "memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib"

2.      Pengorbanan itu Ia kerjakan di dalam Keadilan-Nya
Allah berkorban dalam keadilan-Nya. Pengorbanan yang Ia kerjakan menjadi penggenapan semua korban yang dilakukan oleh orang-orang yang ada di dalam perjanjian lama, yang tidak sempurna itu.  Semuanya itu disempurnakan di dalam keadilan Allah.  Di dalam keadilannya, Ia menuntut bahwa semua orang berdosa harus dihukum dan itulah keadilan.  Alkitab berkata bahwa semua orang telah berbuat dosa (Roma 3:23), itu artinya bahwa semua orang sedang berada dibawah penghukuman. Penghukuman itu berupa kematian, karena Alkitab berkata bahwa upah dosa adalah maut (Roma 6:23).  Kematian sedang menanti semua orang yang telah jatuh dalam dosa. Namun karena kasih, maka Allah rela menganugerahkan Anak-Nya yang tunggal.  Di dalam kasih-Nya, Allah tidak meniadakan keadilan.  Ia tetap dengan tegas menindak dosa itu dan menghukum mereka yang berbuat dosa.  Di kayu salib kita bukan hanya bisa melihat sucinya kasih Allah tetapi di salib itu kita juga dibawa untuk melihat bertapa murkanya Allah pada dosa manusia. Bila kita ingin melihat keadilan Allah tetaplah dan amatilah dengan sungguh peristiwa salib itu dan tersentaklah.  Ia sungguh adil namun Ia rela berkorban sehingga Anak-Nya yang satu-satunya itu Ia korbankan.  Keadilan yang harusnya ditimpakan kepada manusia yang berdosa,  Ia timpakan kepada Anak-Nya yang sangat dikasihi-Nya.  Tidak mudah memahami keadilan Allah karena adil yang sebenarnya, yaitu menimpakan kesalahan pada orang yang berbuat salah.  Dan ini mengingatkan kepada kita bahwa pengorbanan dan keadilan menyatu dengan harmonisnya. Di dalam keadilan Allah, Ia berhak memilih orang yang diselamatkan dan mereka yang ditentukan binasa.  Kalau Allah benar-benar adil maka Ia harus menghukum semua orang dan semua pasti binasa.  Tetapi justru disatu sisi keadilannya membawanya untuk memilih  orang yang ditentukannya sejak semua, dan itu adalah sisi keadilan-Nya.

Seorang kakak yang menjadi hakim, suatu saat dia harus mengadili adiknya sendiri yang terlibat dalam kasus pembunuhan akhirnya karena kakaknya harus melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya dan harus memutuskan semua perkara dengan benar, akhirnya ia menjatuhi hukuman kepada adiknya. Namun karena kasihnya, maka dia minta agar dialah yang menggantikan hukuman yang seharusnya di tanggung oleh adiknya itu. Dan dia memindahkan baju tahanan dari tubuh adiknya kepada dirinya sendiri.  

Inilah fakta dari keadilan Allah bahwa Ia telah sungguh adil dalam penghakimannya dan dia bertindak tegas atas dosa.  Tetapi Dia pun tidak bisa menyangkali bahwa Ia begitu mengasihi manusia sehingga Ia rela mengorbankan Anak-Nya yang tunggal itu untuk memenuhi keadilannya.  Sehingga tuntutan terhadap keadilan telah ditanggung oleh Yesus Kristus sehingga kematian itu tidak ditimpakan-Nya kepada manusia tetapi ditimpakan-Nya kepada Anak yang Ia kasihi itu.

3.      Pengorbanan itu Ia kerjakan di dalam harapan agar kita mati terhadap dosa dan hidup untuk kebenaran
Kita yang telah ditebus oleh-Nya karena Ia menginginkan kita untuk mengikuti jejak-Nya yang tidak berdosa, maka seharusnyalah kita untuk mematikan dosa.  Apakah dosa-dosa yang perlu kita matikan, di dalam Kolose adalah hal-hal yang Paulus harapankan dari dosa-dosa Jemaat yang harus dimatikan.  Namun kepada kita masing-masing tentu kita harus bersikap tegas terhadap dosa dan meninggalkannya, lalu hidup untuk kebenaran.  Mengapa perlu hidup untuk kebenaran? Karena kita telah diperbaharui di dalam Kristus (roh dan pikiran), sehingga mentaati kehendak Allah dan memuliakan nama-Nya.  Dia berkorban dengan tujuan yang sangat penting agar kita bebas dari ikatan dosa dan menerima kehidupan yang baru. Kebenaran Allah menjadi kesukaan kita sehingga kita menjadi seperti pohon yang ditanam di tepi aliran air dan menghasilkan buah pada musimnya. Hidup dalam kebenaran itulah tenda orang yang sudah merdeka, mereka tidak membiarkan diri diperhamba oleh dosa tetapi mereka membiarkan diri hidup sebagai hamba Allah (1 Petrus 2:16).

4.      Pengorbanan itu Ia kerjakan agar kita memperoleh hidup yang kekal
Akhirnya, pengorbanan itu bukanlah pengorbanan yang biasa tetapi pengorbanan yang mematikan kuasa maut dan membuka pintu kehidupan bagi mereka yang percaya. Hidup yang kekal adalah tujuan-Nya bagi kita.  Ia tidak rela kita binasa dalam kekekalan tetapi Dia rindu agar kita menikmati kehidupan bersama-Nya di dalam kekekalan.  Dua tempat bisa sama-sama kekal, tetapi kekekalan yang mereka terima karena percaya kepada Yesus dan yang tidak percaya tentu sangat berbeda.  Yang percaya bersekutu dengan pencipta-Nya dan yang tidak percaya menerima hukumannya dan binasa. Hidup yang kekal bukanlah suatu hal yang mudah untuk diraih.  Pandangan universal berkata bahwa hidup kita pada akhirnya akan diterima oleh semua orang sebab mereka beranggapan bahwa karena Allah sangat mengasihi dunia maka suatu saat semua orang akan diselamatkan.  Namun Alkitab menegaskan bahwa keselamatan atau hidup kekal itu diterima oleh mereka yang percaya kepada-Nya.  Karena ini spesial grace, hanya bagi mereka yang percaya saja. Kalau begitu apakah Allah pilih kasih?  Tentu saja tidak, karena Ia telah mengundang manusia untuk datang kepada-Nya tetapi mereka menolak-Nya.  Dan memang Ia sangat berhak untuk memilih karena apa haknya manusia menuntut Allah agar menyelamatkan mereka.  Allah tahu persis apa yang harus Ia lakukan dan kitatidak perlu mendiktenya.  Biarlah anugerah hidup yang kekal menyadar ingatkan kita akan kasih Allah bagi kita manusia yang berdosa. Nikmati persekutuan dengan-Nya, bukan hanya nanti saat kita tiba di surga tetapi mulailah dari kehidupan kita di dunia ini.  Hidup yang kita jalani sebetulnya akan menunjukan bahwa apakah sebetulnya kita telah menikmati pengorbanan-Nya yang tidak sia-sia itu. 

khotbah