Rabu, 11 Agustus 2010

NILAI NAMA YESUS SEBAGAI HARTA KEKAYAAN

Pendahuluan:

Berbicara tentang harta kekayaan, orang Kristen boleh kaya atau tidak? Boleh miskin atau tidak. Kalau harus memilih, pilih kaya atau miskin? KAYA. Saya ulangi lagi pertanyaannya (sampai 3X). Dari jawaban saudara saya tahu bahwa orang Kristen tidak boleh miskin. Dari mana saya tahu, dari pilihan saudara. Saudara ingin kaya, tidak mau miskin, dengan kata lain tidak boleh miskin. Saya setuju dengan pilihan saudara.
Berbicara tentang standar kekayaan, menurut anda berapa jumlah nilai uang yang harus dimiliki oleh seseorang sampai orang tersebut dinyatakan kaya? 1 M kah, 2 M, 3 M atau 10 M? Kalau kita hitung dalam bentuk emas, maka berapa batang mas yang harus dimiliki seseorang untuk mencapai kriteria kaya? Apakah 10 batang emas, 100 batang emaskah, 1000 batang, atau 1 truk emas? Lalu apa standar kaya itu? Bukankah kita semua ingin kaya, betul apa betul? Saya ingin kaya, saudara ingin kaya, semua orang ingin kaya. Orang miskin ingin kaya, orang sakit ingin kaya, orang kaya ingin tambah kaya.
Tapi masalahnya apakah kaya itu dapat diukur. Kalau dapat diukur dengan tolak ukur apa kita mengukurnya? Apakah dengan tolak ukur:

1. Jumlah
Waktu kita memakai tolak ukur jumlah maka dengan sendirinya anda akan tahu bahwa anda bukan orang kaya. Ketika Anda berkata saya kaya karena saya punya uang 10 M. Anda mau uang 20 M. Mau atau tidak mau, saya percaya orang yang mengerti nilai mata uang 20 M akan berkata mau. Jadi mengapa mau 20 M karena nilainya lebih besar dari 10 M. Pada saat anda mempunyai uang 20 M, maka pengertian anda tentang kekayaan berubah. Yang tadinya saya kaya karena punya uang 10 M. Sekarang pengertian kaya kalau saya punya uang 20 M. Bagaimana kalau Anda sudah punya uang 20 M, kemudian uang anda tinggal 10 M, saya yakin bahwa anda pasti berkata, saya miskin Pak. Jadi jumlah tidak bisa menjadi tolak ukur untuk sebuah kekayaan. Karena jumlah itu bisa naik dan bisa turun.

2. Perbandingan
Yang saya sebut dengan tolak ukur perbandingan adalah waktu kita menyatakan bahwa diri kita kaya karena membandingkan diri dengan si A yang kurang dari diri kita. Lalu kita berkata yah kalau dibandingkan dengan si A yang cuma jalan kaki sih aku lebih kaya karena aku pake motor. Itu kalau dibangkan dengan si A. Bagaimana kalau dengan si B yang sama-sama pake motor. Maka dapat dipastikan orang tersebut berkata kami sama-sama kaya, ya kan. Lalu bagaimana kalau dibandingkan dengan si C yang pake mobil, maka orang tersebut berkata, “ dibandingkan dengan orang itu saya miskin – dia yang kaya.” Lalu bagaimana kalau dibandingkan dengan si D, maka kita berkata saya gak ada apa-apanya. Saudara menangkap maksud saya, waktu kita menbandingkan diri dengan orang yang lebih kurang dari kita, maka kita berkata aku kaya. Tetapi waktu kita melihat orang yang memiliki kekayaan lebih dari kita, maka kita berkata aku miskin.
Di sini kita menemukan bahwa Hukum perbandingan tidak bisa menjadi tolak ukur untuk menyatakan bahwa kita kaya Waktu kita ingin berkata bahwa kita kaya, maka ada banyak orang yang lebih kaya dari kita. Kita punya 1 mobil, mereka punya 10 mobil. Kita punya 1 apartemen, mereka punya 20 apatemen. Dll yang masih banyak lagi.

Kalau kedua hukum di atas tidak bisa menjadi tolak ukur, maka apa yang menjadi tolak ukurnya. Tolak ukurnya adalah harus tolak ukur kerajaan Allah. Tolak ukur kerajaan Allah selalu berbeda dengan tolak ukur dunia. Itu sebab jadi manusia baru membutuhkan nilai yang baru. Tanpa nilai yang baru maka kita melakukan cara-cara yang lama. Saya sangat tertarik dengan kisah Petrus saat dia sudah menjadi manusia yang baru dengan nilai yang baru. Mari kita membuka Firman Tuhan yang terambil dari Kisah Para Rasul 3:6, bunyinya;

“ Tetapi Petrus berkata, emas dan perak tidak ada padaku, tetapi apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu: Demi nama Yesus Kristus, orang Nasaret itu, berjalanlah!”

a. Kalimat Petrus, kalau boleh saya ringkas, kira-kira bunyinya demikian, I am nothing but Jesus Christ is everything. Saya tidak ada apa-apanya, itu pernyataan Petrus, emas tidak ada, perak tidak ada. Dengan kata lain Petrus ingin mengatakan kepada si lumpuh yang meminta sedekah tersebut bahwa saya tidak memiliki uang, tapi saya punya Yesus. Konsep seperti ini jangan kita balik, dengan mengatakan saya punya banyak uang tapi saya tidak punya Yesus. Orang yang punya banyak uang tapi tidak punya Yesus hidup orang tersebut pasti kacau.
Mau lihat buktinya mari kita lihat dari salah satu kisah di Alkitab. Injil Lukas 15:11-13 diwarnai dengan kisah anak bungsu yang hidupnya tidak karu-karuan sebab dia memiliki harta yang telah dibagikan tetapi tidak memiliki Yesus dalam hidupnya. Waktu dia memiliki harta dia seolah-olah berkata I am something tidak ada ayah tidak apa-apa yang penting ada uang. Tidak ada Yesus tidak apa-apa yang penting ada harta. Hidup dengan nilai yang demikian sungguh berbahaya sekali. Sebab engkau menjadikan harta yang mengontrol hidupmu.
Mulai hari ini jadikan Yesus sebagai harta utama yang mengontrol hidupmu, yang engkau cari siang dan malam. Karena Firman Tuhan berkata Carilah dahulu Kerajaan Allah & Kebenaran-Nya maka semuanya akan ditambahkan kepadamu. Demi nama Yesus Kristus, orang Nasaret itu, berjalanlah!”

b. Kalimat Petrus, kalau bolah saya ringkaskan, kira-kira artinya, Hartaku adalah Yesus yang ditolak di Nasaret itu, matius 13:57. Mengapa penekanannya pada Yesus orang Nasaret. Sebab Yesus orang Nasaret adalah Yesus yang ditolak atau harta yang dibuang oleh orang Nasaret. Menurut Petrus meskipun Yesus itu harta yang dibuang oleh orang Nasaret, baginya Yesus adalah harta yang selama ini dia miliki. Oleh karena itu Petrus ingin membagikannya kepada orang lumpuh yang meminta sedekah tersebut.

Hari ini mata rohani saya dicelikkan oleh Tuhan. Mengapa saya dan banyak orang Kristen lainnya mengalami kelumpuhan rohani, karena Yesus tidak menjadi harta utama. Jadi sangat bahaya sekali kalau gereja mempunyai bayak uang tapi tidak memiliki Kristus. Rupanya Petrus berkata kepada orang lumpuh tersebut, kalau mau berjalan dan sehat maka jangan membuang Yesus dari hidupmu. Kalau gereja mau kuat jangan membuang Yesus dari gereja. Kalau mau kuasa Tuhan dinyatakan di dalam hidupmu jangan membuang Yesus. Kalau gereja mau melihat kuasa Tuhan dinyatakan jangan membuang Yesus.

Oleh sebab itu saya mengajak kita semua untuk memberitahukan kepada anak-anak kita bahwa Yesus harus menjadi harta mereka. Kalau Yesus menjadi harta dalam hidup mereka saya yakin hidup mereka akan menjadi kuat dan mereka tidak terpengaruh dengan cara-cara dunia.

c. Kalimat Petrus, kalau boleh saya persingkat lagi, kira-kira berbunyi, “Yesus yang ditolak oleh orang Nasaret itulah yang menyembuhkan engkau.” Saya melihat, seringkali harta yang bernilai dibuang sedemikian rupa oleh anak Tuhan. Namun hanya orang-orang yang berjiwa Petruslah yang tahu nilai dari hal yang dibuang tersebut. Ini seumpama potongan kayu yang tidak dianggap berguna oleh orang yang tidak berjiwa seni tetapi setelah kayu tersebut dibentuk sedemikian rupa oleh sang seniman maka kayu tersebut menjadi sebuah maha karya yang indah.
Jadi sebagai orang Kristen seharusnya kita bisa melihat lebih tajam dari pada orang yang tidak mengenal Kristus. Dan lebih mengasihi Yesus lebih dari orang-orang yang tidak percaya mengasihi ilah-ilah mereka. Untuk bisa melihat lebih dan mengasihi Yesus lebih dari orang yang tidak percaya adalah perlu kehidupan Kristen yang tidak lumpuh. Dibutuhkan orang Kristen yang tidak buta. Dibutuhkan orang Kristen yang tidak tuli. Itulah Petrus, dia mampu melihat apa yang Bapa di surga lihat. Justru Yesus yang ditolak orang, Dialah yang melakukan Mujizat yang hebat atas orang lumpuh tersebut.
Saudara-saudara, kalau bukan Yesus yang menyembuhkan engkau jangan mau. Karena penyembuh-penyembuh di luar Yesus atau dengan kuasa kegelapan adalah penyembuh palsu. Penyembuh yang palsu membuat engkau menyembah Iblis tetapi penyembuh yang benar, membuat engkau dan saya memuji Allah.

3. Tolak ukur Kerajaan Allah
Tolak ukur kerajaan Allah adalah tolak ukur yang tidak bersandarkan kepada emas, perak, harta dan kehebatan-kehebatan manusia tetapi bersandarkan Kristus sebagai harta. Karena buat apa orang lumpuh ini memiliki emas dan perak tetapi seumur hidupnya tetap saja lumpuh. Demikian dengan gereja, buat apa gereja megah, beruang, banyak kegiatan, tapi lumpuh rohaninya. Maka hari ini Tuhan berbicara kepada kita. Mulai hari kita jangan lumpuh lagi tetapi harus berjalan. Karena gereja yang sehat adalah gereja yang berjalan. Itulah yang terjadi pada orang lumpuh tersebut ketika dia sehat dia bisa berjalan, tubuhnya sehat, jiwanya sehat dan rohaninya sehat. Sehingga dari mulutnya keluar pujian kepada Allah. Haleluya.

Kesimpulannya:

Kekayaan orang Kristen rupanya bukan terletak dari harta yang berlimpah. Kekayaan orang Kristen adalah tergantung dari adanya kehadiran Kristus dalam hidup kita. Dengan Yesus hadir di hidup kita maka kerajaan Allah turun atas kita. Kalau kerajaan Allah turun atas kita maka kebenarannya tinggal dalam hidup kita. Dan saat kebenarannya tinggal di dalam kita maka semua akan ditambahkan. Di dalam Mazmur 133:3 dikatakan bahwa, Tuhan akan memerintahkan berkatnya atas saudara.
Jadi berkat itu tidak perlu di kejar-kejar, dicari-cari ngos-ngosan. Sebab setiap hari berkat itu Tuhan perintahkan untuk datang ke rumah saudara. Itu sebab saya dan saudara seringkali bingung. Kok ada berkat setiap hari yang ngasi saya ini dan itu padahal kita tidak pernah bercerita padanya. Saya seringkali berimajinasi tentang arti Tuhan perintahkan berkat. Saya dapat bayangkan kalau Tuhan yang Perintah maka tidak ada satu pun malaikat yang ngangur dan berani melawan-Nya. Kat, Malaikat, tolong sediakan berkat untuk Niko & orang-orang yang hadir ibadah hari ini, namanya jangan salah ya, alamatnya jangan salah ya. Saya dapat bayangkan betapa sibuknya malaikat itu bekerja, melakukan pekerjaannya sebaik mungkin. Karena sang atasan yang memerintah.
Mengapa berkat yang Tuhan berikan kepada saudara harus melalui perintahnya sebab Ia telah menganggap engkau special dan Ia ingin memberikan sesuatu yang terbaik dalam hidupmu. Itulah yang dimengerti oleh Petrus. Ia ingin supaya orang lumpuh mempunyai Yesus dan menjadikan Yesus sebagai harta dalam hidupnya. Sebab ketika Yesus ada dalam hidupnya ada kuasa yang mengalir tiada henti dalam hidup orang lumpuh tersebut. Orang lumpuh tersebut sembuh dari lumpuhnya dan bisa berjalan dan memuji Allah. Amin

Selasa, 10 Agustus 2010

2 Anak yang Hilang

2 Anak yang Hilang

Pendahuluan:

Lukas Pasal 15 ini secara keseluruhannya berisikan tiga perumpamaan yang Yesus sampaikan kepada orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, sebab pada saat itu mereka bersungut-sungut karena Yesus menerima orang berdosa untuk mendengarkan pengajaran-Nya dan bahkan Yesus makan bersama-sama orang-orang berdosa.

Pada perumpamaan pertama, Yesus menyampaikan perumpamaan tentang domba yang hilang. Dan pada perumpamaan kedua, Yesus menyampaikan perumpamaan tentang dirham yang hilang. Lalu yang ketiga, Yesus menyampaikan perumpamaan tentang anak yang hilang.

Saya mau tanya:

1. Kalau saudara kehilangan domba atau binatang peliharaan bagaimana rasanya?
2. Kalau saudara kehilangan kalung emas beratnya 8 gram atau uang sebanyak Rp. 3 jt?
3. Kalau saudara kehilangan anak yang paling anda kasihi?

Pertanyaan yang kedua:

1. Kalau saudara menemukan domba atau biantang peliharaan bagaimana rasanya?
2. Kalau saudara menemukan kalung beratnya 8 gram atau uang sebanyak Rp. 3 jt?
3. Kalau saudara menemukan anak yang paling anda kasihi?

Yesus menyatakan bahwa kalau kita kehilangan sesuatu pasti kita mencarinya. Mencarinya dengan sekuat tenaga, pikiran, harapan bahwa yang hilang itu akan segera ditemukan. Kalau yang hilang itu kita temukan, maka reaksi yang patut adalah bersukacita, memberitahukan kepada orang lain, dan mengadakan pesta.

Isi:

Melihat pembicaraan Yesus dengan orang Farisi dalam perumpamaannya, maka saya dapat menyimpulkan bahwa kedua anak tersebut sama-sama hilang:

1. Anak bungsu hilang di luar rumah
Tindakan anak bungsu ini sangat radikal, Alkitab mengatakan bahwa anak bungsu itu meminta agar bapanya memberikan kepadanya harta warisan yang menjadi haknya. Setelah ia mendapatkan bagian warisan itu, beberapa hari kemudian, anak bungsu itu pergi menjual harta warisannya, lalu pergi ke negeri yang jauh. Firman Tuhan berkata, ia pergi ke negeri yang jauh itu bukan untuk bekerja, dan juga bukan dengan tujuan untuk studi, tetapi tujunnya hanya untuk memboroskan harta miliknya dan hidup berfoya-foya.
Saya melihat, anak bungsu ini sudah di kuasai dengan semangat hidup dengan spirit pikiran I’am Something (saya adalah sesuatu). Saya adalah sesuatu apanya? Saya adalah sesuatu karena saya memiliki sesuatu. Apa yang dia miliki? Anak sulung ini memiliki seorang ayah, memiliki kakak, dan mereka juga memiliki hamba, serta memiliki harta yang berlimpah. Salahkah dia memiliki? Tentu saja tidak salah. Tetapi kita melihat yang menjadi salah adalah anak bungsu ini mengabaikan kasih sayang ayahnya (ay. 13-14).
Semua ayah, saya yakin mengasihi anaknya. Selama bertahun-tahun si bungsu ini menikmati kasih sayang sang ayah. Apa yang ada di dalam rumah itu bisa ia nikmati dengan leluasa, sebab harta ayahnya adalah hartanya juga. Ia tidak usah bekerja banting tulang, apalagi menjadi penjaga babi karena mereka mempunyai pembantu. Ayahnya begitu mengasihi kedua anaknya. Tapi sayang, si bungsu tetap saja tidak bisa menikmati keadaannya yang lumayan enak itu. Ia memilih untuk keluar dari rumah dengan spirit i’am something. Dia tidak mau berada di bawah aturan bapaknya lagi tetapi dia ingin berada pada aturannya sendiri dengan bebas. Di sini kita menemukan ada spirit yang salah, yaitu spirit yang tidak terkontrol – “bebas”. Ada tiga hal yang bebas di lakukan si bungsu:

a. Bebas pergi kemana saja aku suka
Sebelum anak bungsu ini menerima haknya, ia tidak bebas pergi ke mana saja. Mau pergi olahraga, main ke rumah teman, dll, harus ijin sama bapaknya. Dia mau pergi ke pelacur tidak berani karena kalau kedapatan oleh bapaknya pasti dimarahi. Tetapi setelah ia menerima haknya, ia merasa bebas pergi ke mana saja, ia menjadikan itu sebagai kesempatan emas, lalu ia pergi ke negeri yang jauh dengan spirit bebas. Pergi ke tempat-tempat pelacuran bebas. Tidak ada ayah, tidak ada yang control, dan tidak ada yang memarahi “bebas”.
Apakah ini semangat kebebasan yang dianut oleh pemuda-pemudi zaman sekarang. Merasa bebas pergi ke mana saja anda suka? Anda pergi ke diskotik, pergi ke tempat perjudian, pergi ke tempat mabuk-mabukan, pergi ke tempat pelacuran. Saya mau katakan kalau anda menganut paham kebebasan yang seperti ini, maka saudara berada di jalur yang sangat berbahaya. Bukankah, mobil yang berbahaya adalah mobil yang melaju kencang tanpa rem. Kalau anda menghabiskan masa mudamu dengan kebebasan yang tidak terkontrol maka seumur hidupmu engkau akan menyesal.

b. Bebas mempergunakan uang
Si bungsu menerima haknya. Ia menjualnya dan menggunakan uang untuk sesuatu kesenangan sesaat saja. Ia mencari teman lalu makan minum tidak tekontrol, uang dihambur-hamburkan. Pernahkah si bungsu berpikir betapa susahnya orang tuanya mencari uang? Pernahkah ia berpikir tentang masa depannya? Itulah semangat kebebasan. Tidak berpikir tentang orang tua, tidak berpikir tentang masa depan. Semua uang yang dimiliki hanya dihabisi untuk kesenangan masa kini. Seolah-olah hari yang di miliki adalah saat ini saja. Hingga akhirnya hidupnya melarat.

c. Bebas mempergunakan waktu
Menurut anak bungsu ini, waktunya adalah berfoya-foya. Dia tidak mau tahu tentang masa depannya. Yang penting aku puas menikmati waktu sekarang ini. Karena itu ia membuang waktu mudanya untuk kepuasan sesaat. Saya tidak tahu berapa tahun orang muda ini mempergunakan waktunya untuk berfoya-foya. Padahal kalau kita mau hitung hidup kita padahal begitu singkat, cepat berlalu sehingga pemazmur berkata, ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikin rupa agar kami memperoleh hati yang bijaksana.
Hitung waktumu saudara, sekarang umur berapa, berapa yang sudah dipakai dan berapa yang masih sisa. Waktu itu begitu penting. Kita hidup 70 tahun kalau kuat 80, pergunakanlah waktu-waktu itu dengan bijaksana dan buahkan hidup yang bermakna. Agar kita tidak menjadi anak-anak bungsu yang menyesal kemudian.
Setelah anak bungsu itu menghambur-hamburkan uang, ia menjadi melarat sebab timbul kelaparan di negeri itu. Saya mau katakana kepada anda, sehebat apapun hidupmu, harta yang engkau miliki, gelar yang engkau raih, apabila hal itu dihambur-hamburkan suatu saat akan habis ditelan kemelaratan kalau engkau tidak hidup dengan bijaksana. Fakta inilah yang dialami si bungsu. Dulu kaya sekarang melarat. Ia sudah tidak bisa berpesta pora dengan teman-temannya karena teman-temannya dulu telah pergi. Sekarang kalau ia mau hidup, ia harus bekerja. Tapi pekerjaan apa yang cocok buat dia, sebab mengemis tidak mungkin kulitnya halus, licin – anak orang kaya gitu lho!, mana ada orang percaya kalau dia seorang pengemis.
Cari mencari, akhirnya ia mendapat pekerjaan yaitu menjadi penjaga babi. Anak orang kaya penjaga babi, kelaparan, malah mau makan ampas untuk makanan babi. Inikah yang dibilang bebas? Inikah yang pemuda-pemudi katakan gaul? Itukah yang dikatakan bisa mengatur diri sendiri?
Yang pasti anak muda ini, berada dalam kondisi tidak seperti yang ia janjikan tentang dirinya. Di dalam lamunannya, ia sadar bapaknya adalah orang yang berlimpah harta dan berlimpah makanan. Singkat cerita ia memutuskan untuk kembali ke rumah ayahnya, bukan sebagai anak tetapi sebagai salah seorang upahan. Mental yang tadinya sebagai anak berubah menjadi mental seorang upahan, karena ketidak layakannya disebut sebagai anak. Di sini kita menemukan spirit yang kedua dari anak tersebut, yaitu i’am nothing. Saya tidak ada apa-apanya tanpa sang ayah. Waktu punya sesuatu merasa jago tanpa ayah tidak apa-apa. Tapi setelah tidak ada apa-apa baru tahu kalau dia tidak ada apa-apanya. Bukankah begitu juga dengan kehidupan kita, waktu sehat, kehidupan enak, usaha sukses, berlimpah ruah, kita lupa dengan Tuhan malahan merasa tidak butuh Tuhan karena kita merasa saya punya sesuatu buat apa lho Tuhan bagi hidup gua. Tapi waktu kita mulai sakit-sakitan, keuangan menipis, kehidupan pas-pasan doa kita begitu keras disertai dengan air mata yang begitu deras, supaya Tuhan menolong saudara.
Waktu kehidupannya melarat, anak bungsu ini baru mengerti bahwa ayahnya sangat berarti bagi dia. Ia menyesal telah menyia-nyiakan kasih sayang ayahnya. Sampai akhirnya kita memperoleh spirit yang agung dari anak tersebut, yaitu God is everything. Bapaku adalah segalanya – uang bukan segalanya, teman bukan segalanya, pesta pora bukan segalanya,pergi ke pelacuran bukan segalanya. Tetapi Bapa, yaitu Allah, Dialah segalanya bagi kita. Puji Tuhan! Ia menyambut anak bungsu tanpa syarat. Ia menciumnya, menyediakan pakaiannya, mengadakan pesta, bahkan ia meberikan sepatu kepada anaknya itu. Apakah anda dan saya termasuk anak bungsu, marilah datang pada Tuhan – Ia berbahagia menyambut anda dan saya. Marilah kita berkata, Tuhan Engkaulah segalanya dalam hidupku dan mulai saat ini hidupku akan kutaruh di dalam-Mu seutuhnya dan untuk selamanya.

2. Anak sulung hilang di dalam rumah
Mungkin saudara berkata, ah Niko ini ada-ada aja, masak orang bisa hilang di dalam rumah. Saya katakan, sesuai dengan firman Tuhan ini, bisa!. Faktanya adalah anak sulung ini. Ia tinggal di dalam rumah tetapi tidak mampu merasakan kasih sayang ayahnya. Ia memang tidak meminta kepada bapaknya agar dibagikan warisan kemudian menjual dan memfoya-foyakannya. Ia juga tidak pernah melanggar perintah ayahnya. Dia anak yang baik. Kalau boleh saya tanya, seandainya pemuda ini ada di tengah –tengah kita, dan belum punya pacar, maukah anda yang perempuan kepada pemuda ini?
Anda yang berkata tidak mau jangan terburu-buru berkata, sebab ia seorang pemuda yang rajin bekerja, patuh terhadap orang tua, dan tidak boros, serta dia juga kaya. Tapi bagi anda yang berkata mau juga jangan terburu-buru untuk mengatakannya, sebab pemuda ini pemarah, dia tidak suka menerima orang berdosa, dan dia tidak menikmati kepunyaannya sendiri. Bagi anda yang berkata mau hendaklah memikirkan tiga hal di bawah ini:

1. Ia seorang pemarah
Kepulangan sang adik bukannya disambut dengan pelukan atau kegembiraan, tetapi si sulung memilih menyambutnya dengan sikap marah dan hati yang panas. Meskipun bapaknya membujuknya untuk ikut masuk dan bergembira bersama-sama. Mengapa saya menyarankan saudara harus berpikir terlebih dulu untuk mencintai pemuda ini. Sebab ia pemarah. Mengapa saya berkata dia pemarah, sebab di dalam suasana semua orang bersukacita dia marah, apalagi di saat dalam keadaan yang tidak senang. Contohnya, ia tidak ada kesempatan untuk bersenang-senang dengan teman-temannya. Maka, hati-hatilah memilih pacar apalagi kalau teman hidup. Karena bisa seumur hidup anda mengalami masa kesusahan. Di marahi terus. Saudara masak agak asin dimarahi, tawar dimarahi, asam dimarahi. Tidur ngorok dimarahi, pulang larut malam dimarahi. Pertama kali anda dimarahi mungkin anda berkata ini bunga cinta dari surga tetapi keseringan anda dimarahin anda mungkin akan berkata ini adalah bunga cinta dari neraka.
Kalau yang pemarah bukan hanya pemuda ini, tetapi saudara berkata saya juga orangnya pemarah. Berhentilah sebab kemarahan seringkali menimbulkan pertengkaran dan menghilangkan damai sejahtera. Mau hidupmu sejahtera atau keluargamu sejahtera? Berhentilah jadi pemarah.

2. Ia tidak suka orang berdosa bertobat (memaafkan)
Firman Tuhan berkata, kalau ada orang bertobat maka para malaikat di surga akan berkucita. Kalau ada orang berdosa pulang mengakui dosa harusnya kita senang, tetapi pemuda ini tidak senang. Ia bersungut-sungut sama seperti orang Farisi. Waktu Yesus menerima orang berdosa makan bersama dengan Dia, orang Farisi marah. Seolah-olah orang berdosa tidak layak diampuni, tidak layak dimaafkan. Harusnya orang berdosa dihukum, disingkirkan dan bahkan dibuang.
Tetapi sayang Allah kita bukan Allah yang langsung membuka kitab penghukuman, sebaliknya Ia membuka kitab kasih. Dalam kitab Yohanes kita menemukan isi hati Allah, karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan anak-Nya yang tunggal supaya setiap orang (berdosa) yang percaya (bertobat) kepada-Nya tidak binasa melainkan memperoleh hidup yang kekal.
Bagi saudara yang merasa diri begitu berdosa, kemudian karena anda merasa saking berdosanya saya, saya tidak bisa diampuni oleh Tuhan, saya berkata, pikiran seperti itu salah. Tuhan sanggup dan mau mengampuni dosamu, serusak apapun engkau. Buktinya, anak bungsu tetap ayahnya terima sebagai anaknya.
Tetapi bagi saudara yang begitu susah menerima orang berdosa yang telah bertobat, saya katakan teladanilah Allah yang telah menerima saudara tanpa syarat – meskipun saudara dan saya juga berdosa. Ampunilah mereka. Terimalah mereka. Bersukarialah bersama-sama orang yang bersukaria.

3. Ia tidak menikmati kepunyaannya sendiri
Seringkali setiap kita merasa bahwa kita tidak punya sesuatu padahal; mobil ada, rumah ada, anak ada, istri ada, suami ada, sekolah gelarnya juga lumayan, pokoknya semua fasilitas secara umum yang dibutuhkan kita mempunyainya. Mengapa hal ini bisa terjadi, sebab kita sering membandingkan kepunyaan kita dengan kepunyaan orang lain. Lama kelamaan kita tidak bisa menikmati yang kita punya. Kita membandingkan berkat yang kita terima dengan berkat orang lain. Kalau kita diberi Tuhan lebih, kita mengucap syukur dan kalau kurang maka kita bersungut-sungut.
Hal itu juga yang terjadi pada si sulung, bertahun-tahun bersama dengan ayahnya, ia tidak menikmati apa yang dia punya sebab ia membandingkan diri dengan si bungsu. Si bungsu mendapatkan haknya sepenuhnya sementara dirinya tidak. Padahal ayahnya mengatakan segala yang dimiliki ayahnya adalah milik si sulung juga. Sulung tetap tidak mengerti. Bagi dia kalau dirinya mendapatkan haknya baru dia bisa menikmati apa yang dia miliki. Ia bisa bersenang-senang bersama-sama dengan temannya juga seperti adiknya.
Saya mau tanya, apakah kita sudah menikmati apa yang kita miliki? Kalau sudah puji Tuhan. Tetapi kalau belum, belajarlah mulai dari sekarang nikmatilah apa yang saudara miliki, entah itu rumah, mobil, hape, computer, istri, suami, dan anak-anak. Berdoalah kepada Tuhan, mintalah pertolongan dari-Nya agar kita menikmati apa yang telah Ia berikan kepada kita.

4. Ia memiliki pandangan yang salah
Pandangan si sulung adalah orang baik patut diterima sedangkan orang jahat layak di hukum. Sebenarnya pandangan si sulung adalah pandangan kita sebagai manusia yang berdosa pada umum. Kita cenderung senang menerima orang yang baik dan benar sementara orang yang buruk dan jahat kita enggan menerimanya. Sehingga tidak heran kalau kita sering melakukan pemisahan-pemisahan. Antara kamu dan aku. Kamu orang berdosa, saya orang benar. Kamu orang miskin, saya orang kaya. Kamu anak majelis, saya anak pendeta, kamu anak IPS, saya anak IPA, kamu STT ini, saya STT itu.
Sikap seperti itu cenderung membawa kita pada batasan-batasan yang tidak perlu. Allah kita adalah Allah yang mau masuk pada lingkaran orang dosa. Ia senang menerima orang-orang yang datang kepada-Nya dengan hati yang hancur. Itulah gambaran kasih sang Bapa. Hati yang lapang akan mampu membawa kita masuk ke dalam persekutuan bersama-sama dengan orang-orang yang berbeda tanpa memberikan perbedaan-perbedaan.
Sekarang ini, apabila hatimu susah menerima seseorang yang kamu anggap menyakiti hati engkau, saya mengajak engkau berdoa, “Tuhan bawalah aku menjadi pribadi yang mampu mengampuni orang lain.” Amin

Sekarang coba tanya kepada diri kita masing-masing kita hilang di mana, di luar rumahkah atau di dalam rumah? Kalau saudara bingung biarkan teman saudara bertanya, anda hilang di luar rumahkah atau di dalam rumah? Tuhan Yesus mengundang anda dan saya yang hilang untuk datang kepada-Nya, Ia adalah Pribadi yang lembut dan rendah hati. Ia mau menerima kita amin.

khotbah