Mazmur 94:1-23
Mazmur ini adalah merupakan
mazmur nyanyian pada hari Sabat. Memang serasa sulit untuk memahami mengapa
orang percaya berdoa kepada Allah seperti ini, tetapi memang untuk sebuah
perubahan terkadang kita perlu berdoa dengan cara yang lebih powerfull. Allah terlihat diam dan seolah-olah membiarkan
ketidak adilan terus menghantam umat-Nya.
Doa pujian dan doa ini sepertinya manusia sedang mendesak Tuhan untuk
sesegera mungkin bekerja dan bertindak.
Mereka berkata,”tampilah!, bangunlah, balaslah, berapa lama lagi,” ay.
1,2,3 tetapi Tuhan yang disembah oleh orang Israel, sekali lagi terlihat diam
seribu bahasa. Sepertinya Ia adalah
Allah yang super tega. Tega melihat umat-Nya menderita. Padahal keadaan umat bukannya semakin baik,
tetapi dengan Tuhan diam, keadaan umat semakin parah. Mereka congkak, beria-ria, memuntahkan
kata-kata yang kurang ajar dan menyombongkan diri – sama sekali tidak ada rasa
bersalah. Kehidupan umat terlihat total menderita; mereka merasa remuk, mereka
tertindas; janda dan orang asing mereka sembelih dan anak-anak yatim mereka
bunuh. Bukankah ini adalah keadaan yang sangat menyedihkan dan
menyakitkan. Terkadang rasa sakit yang
kita alami bukan karena keadaan itu sendiri yang membuatnya tetapi karena orang
yang kita harapkan seolah-oleh tidak peduli dan menolong. Kalau itu adalah karena manusia, maka kita tidak perlu berharap dan bisa memahaminya. Tetapi kalau Tuhan yang kita sembah, yang
menjadikan kita sebagi milik kepunyaan-Nya juga, itu diam saat kita
membutuhkan-Nya, maka apakah kita patut terus meminta kepada-Nya? Pertanyaan
seperti ini sangat menggetarkan hati saya.
Tuhan yang saya percaya, Tuhan yang saya kasihi justru terlihat tidak
hadir. Saya sakit, Ia terlihat tidak
dapat diandalkan untuk menyembuhkan, saat tertintas, Ia diam saja, saat
membutuhkan pekerjaan, Ia membiarkanku berjuang sendirian, saat rumah tangga
mengalami masalah yang serasa sangat tak mudah, dia tidak terlihat. Bukankah ini adalah kenyataan yang sering
kita alami. Bahkan yang kita lihat,
bukannya campur tangan Tuhan tetapi kali ini mereka berani mengatai bahwa “Tuhan
tidak melihat kelakuan mereka, dan Allah Yakub tidak mau tahu – atau tidak
mengindahkannya.” Namun babak pertama yang penuh dengan tanda tanya tentang
kehadiran Allah dan campur tangan Allah segera berubah.
Mereka tidak lagi bertanya tetapi
mulai menyadari kebodohan dirinya. Ya
terkadang kita harus akui bahwa kita adalah manusia yang sangat bodoh, kita
juga bebal dan terkadang akal budi, akal sehat kita tidak kita pakai. Kita hanya menggunakan perasaan, kemampuan
pikir manusia. Setelah menyalahi Tuhan
baru kita sadar bahwa, bukan dia yang tidak peduli dan mendengar. Dia sedang bekerja menurut cara-Nya. Masakan
Dia sendiri yang memberikan telinga kepada umat-Nya, Dia sendiri tidak memiliki
telinga untuk mendengar? Masakan Dia yang memberikan mata, Dia sendiri tidak
melihat? Masakan Dia yang menghukum bangsa-bangsa, Dia sendiri tidak memberikan
hukuman? Dia yang mengajarkan pengetahuan kepada manusia, masakan Dia sendiri
tidak mengetahui sesuatu yang terjadi? Bahkan lebih dari itu semua, Tuhan tahu
semua rancangan-rancangan yang manusia buat, tetapi semua yang dianggap manusia
sangat hebat itu adalah hal yang sia-sia belaka.
Babak yang selanjutnya, manusia
bukan hanya dikuasai tanda tanya, dan rasa kebodohan. Tetapi dalam waktu Tuhan, manusia mampu
menemukan kebahagiaan dalam penderitaan.
Tak banyak manusia yang mampu menemukan kebahagiaan di dalam
penderitaan. Hanya mereka yang mengenal
Tuhan dengan sungguh-sungguh, dan mau menerima ajaran Tuhan dan yang mau
belajar Taurat Tuhan, merekalah yang dapat menemukan kebahagiaan itu. Mereka dapat merasakan ketenangan yang begitu
rupa meskipun keadaan mereka seperti berada di depan malapetaka. Bagi orang fasik mereka tinggal menunggu
masuk ke dalam lobang kubur. Jangan anggap kefasikan itu akan terus utuh dan
Tuhan tidak bertindak. Kefasikan akan berakhir pada waktunya.
Babak yang keempat, Tuhan hadir
sebagai penolong dan penegak keadilan.
Terkadang butuh waktu yang sangat lama bagi kita untuk melihat tangan
Tuhan bekerja dan itu tidak mudah. Tuhan bekerja terkadang terlihat sangat lama
dan bahkan berdiam diri, kenapa demikian? Karena Ia bekerja bukan karena
kemauan kita tetapi karena Dia tahu apa, bagaimana dan kapan Dia
bertindak. Terkadang kita merasa Ia
begitu lama, itu karena kita ingin Tuhan bekerja dengan cara kita. Alkitab berkata bahwa Ia menolong umat-Nya,
karena Dia tahu bahwa kita adalah milik-Nya sendiri. Dan Ia sendiri akan
mengembalikan hukum pada keadilaan.
Tuhan tidak pernah membiarkan kita berjalan seorang diri, Dia adalah
Allah yang jauh berjalan di depan umat-Nya.
Dia adalah kota benteng, gunung batu, dan dia akan membalas segala
kejahatan pada waktu-Nya dan dengan cara-Nya. amin