Rabu, 12 Agustus 2015

Allah Yang Menuntun Umat-Nya



Keluaran 13:1-22

 Firman Tuhan yang kita baca baik penjelasan text maupun konteknya, seperti yang kita tahu bagian ini memang berbicara tentang keluarnya bangsa Israel dari perbudakan di Mesir. Namun dalam hal ini saya ingin mengintegrasikan bagian ini dengan perenungan refleksi akhir tahun kita pada malam ini berdasarkan kebenaran yang terkandung di dalamnya.

Pernahkah Anda bertanya pada diri sendiri, “siapakah yang memelihara hidup saya sehingga saya masih ada sampai hari ini?” dan “siapakah yang menopang pekerjaanku, keluargaku, pelayananku, dan aku masih terus disanggupkan untuk mengerjakannya dengan baik?” tak mudah memang untuk menjawab pertanyaan itu bila Anda memusatkan diri pada kekuatan Anda sendiri.  Tetapi tahukan Anda bahwa dibalik semuanya itu ada pribadi yang tidak Anda sadari dan ketahui, terus menerus dan tidak bosan-bosannya menopang hidup Anda sehingga Anda masih kuat sampai sekarang ini.

 Hal ini mengingatkan saya pada masa-masa ketika saya kuliah.  Pada waktu itu, ketika ada salah satu teman berulang tahun, maka kami berusaha untuk merayakannya meskipun dengan cara yang sangat sederhana.  Kami berkumpul bersama dan masing-masing kami memberikan kata-kata yang positif kepada salah satu teman kami yang berulang tahun.  Dengan tujuan agar teman yang berulang tahun tersebut terus dikuatkan dan melihat kebaikan-kebaikan Tuhan dalam hidupnya.  Namun pada saat giliran saya untuk memberikan kata positif, dengan nada bergurau saya berkata kepada teman tersebut bahwa “kamu mestinya bersyukur kepada Tuhan karena Tuhan masih memberikan kehidupan padamu itu artinya Tuhan masih memberikan kesempatan, dan masih sayang pada kamu..hehehehe.  Tahukah Anda bahwa kata-kata tersebut keluar begitu saja dari mulut saya dan saya tidak sadar telah mengucapan kalimat-kalimat aneh tersebut.  Dan sesudah saya menyampaikan kalimat itu, anehnya teman-teman yang lain langsung tertawa secara spontan. 

Sabtu, 08 Agustus 2015

Tuhan Penolong Umat-Nya


Mazmur 94:1-23

Mazmur ini adalah merupakan mazmur nyanyian pada hari Sabat. Memang serasa sulit untuk memahami mengapa orang percaya berdoa kepada Allah seperti ini, tetapi memang untuk sebuah perubahan terkadang kita perlu berdoa dengan cara yang lebih powerfull.  Allah terlihat diam dan seolah-olah membiarkan ketidak adilan terus menghantam umat-Nya.  Doa pujian dan doa ini sepertinya manusia sedang mendesak Tuhan untuk sesegera mungkin bekerja dan bertindak.  Mereka berkata,”tampilah!, bangunlah, balaslah, berapa lama lagi,” ay. 1,2,3 tetapi Tuhan yang disembah oleh orang Israel, sekali lagi terlihat diam seribu bahasa.  Sepertinya Ia adalah Allah yang super tega. Tega melihat umat-Nya menderita.  Padahal keadaan umat bukannya semakin baik, tetapi dengan Tuhan diam, keadaan umat semakin parah.  Mereka congkak, beria-ria, memuntahkan kata-kata yang kurang ajar dan menyombongkan diri – sama sekali tidak ada rasa bersalah. Kehidupan umat terlihat total menderita; mereka merasa remuk, mereka tertindas; janda dan orang asing mereka sembelih dan anak-anak yatim mereka bunuh. Bukankah ini adalah keadaan yang sangat menyedihkan dan menyakitkan.  Terkadang rasa sakit yang kita alami bukan karena keadaan itu sendiri yang membuatnya tetapi karena orang yang kita harapkan seolah-oleh tidak peduli dan menolong.  Kalau itu adalah karena manusia, maka kita tidak perlu berharap dan bisa memahaminya.  Tetapi kalau Tuhan yang kita sembah, yang menjadikan kita sebagi milik kepunyaan-Nya juga, itu diam saat kita membutuhkan-Nya, maka apakah kita patut terus meminta kepada-Nya? Pertanyaan seperti ini sangat menggetarkan hati saya.  Tuhan yang saya percaya, Tuhan yang saya kasihi justru terlihat tidak hadir.  Saya sakit, Ia terlihat tidak dapat diandalkan untuk menyembuhkan, saat tertintas, Ia diam saja, saat membutuhkan pekerjaan, Ia membiarkanku berjuang sendirian, saat rumah tangga mengalami masalah yang serasa sangat tak mudah, dia tidak terlihat.  Bukankah ini adalah kenyataan yang sering kita alami.  Bahkan yang kita lihat, bukannya campur tangan Tuhan tetapi kali ini mereka berani mengatai bahwa “Tuhan tidak melihat kelakuan mereka, dan Allah Yakub tidak mau tahu – atau tidak mengindahkannya.” Namun babak pertama yang penuh dengan tanda tanya tentang kehadiran Allah dan campur tangan Allah segera berubah.
Mereka tidak lagi bertanya tetapi mulai menyadari kebodohan dirinya.  Ya terkadang kita harus akui bahwa kita adalah manusia yang sangat bodoh, kita juga bebal dan terkadang akal budi, akal sehat kita tidak kita pakai.  Kita hanya menggunakan perasaan, kemampuan pikir manusia.  Setelah menyalahi Tuhan baru kita sadar bahwa, bukan dia yang tidak peduli dan mendengar.  Dia sedang bekerja menurut cara-Nya. Masakan Dia sendiri yang memberikan telinga kepada umat-Nya, Dia sendiri tidak memiliki telinga untuk mendengar? Masakan Dia yang memberikan mata, Dia sendiri tidak melihat? Masakan Dia yang menghukum bangsa-bangsa, Dia sendiri tidak memberikan hukuman? Dia yang mengajarkan pengetahuan kepada manusia, masakan Dia sendiri tidak mengetahui sesuatu yang terjadi? Bahkan lebih dari itu semua, Tuhan tahu semua rancangan-rancangan yang manusia buat, tetapi semua yang dianggap manusia sangat hebat itu adalah hal yang sia-sia belaka.

Babak yang selanjutnya, manusia bukan hanya dikuasai tanda tanya, dan rasa kebodohan.  Tetapi dalam waktu Tuhan, manusia mampu menemukan kebahagiaan dalam penderitaan.  Tak banyak manusia yang mampu menemukan kebahagiaan di dalam penderitaan.  Hanya mereka yang mengenal Tuhan dengan sungguh-sungguh, dan mau menerima ajaran Tuhan dan yang mau belajar Taurat Tuhan, merekalah yang dapat menemukan kebahagiaan itu.  Mereka dapat merasakan ketenangan yang begitu rupa meskipun keadaan mereka seperti berada di depan malapetaka.  Bagi orang fasik mereka tinggal menunggu masuk ke dalam lobang kubur. Jangan anggap kefasikan itu akan terus utuh dan Tuhan tidak bertindak. Kefasikan akan berakhir pada waktunya.

Babak yang keempat, Tuhan hadir sebagai penolong dan penegak keadilan.  Terkadang butuh waktu yang sangat lama bagi kita untuk melihat tangan Tuhan bekerja dan itu tidak mudah. Tuhan bekerja terkadang terlihat sangat lama dan bahkan berdiam diri, kenapa demikian? Karena Ia bekerja bukan karena kemauan kita tetapi karena Dia tahu apa, bagaimana dan kapan Dia bertindak.  Terkadang kita merasa Ia begitu lama, itu karena kita ingin Tuhan bekerja dengan cara kita.  Alkitab berkata bahwa Ia menolong umat-Nya, karena Dia tahu bahwa kita adalah milik-Nya sendiri. Dan Ia sendiri akan mengembalikan hukum pada keadilaan.  Tuhan tidak pernah membiarkan kita berjalan seorang diri, Dia adalah Allah yang jauh berjalan di depan umat-Nya.  Dia adalah kota benteng, gunung batu, dan dia akan membalas segala kejahatan pada waktu-Nya dan dengan cara-Nya. amin

khotbah