Minggu, 28 November 2010

Kuasa Kesatuan Orang Percaya

Kisah Para Rasul 4:23-37

Pendahuluan
                Sebuah pribahasa Vietnam berkata, “kedekatan saudara sekandung itu seperti kedekatan tangan dengan kaki.”  Itu artinya bahwa kedekatan persaudaraan itu adalah sebuah kedekatan yang tak terpisahkan, dengan memisahkan yang satu dari yang lain itu berarti menimbulkan rasa sakit diantara keduanya.  Bahkan bisa menimbulkan kematian, secara mental, fisik, dan rohani.
                Di dalam Yesus Kristus kita meyakini dengan iman bahwa kita semua adalah satu.   Setelah kita percaya kepada Yesus Kristus, kita harus mengerti bahwa kita tidak seorang diri, kita memiliki sahabat, kita memiliki saudara, kita memiliki komunitas yaitu orang percaya.
                Coba kita perhatikan pohon bambu, jika tumbuh benih yang baru tidak memisahkan diri dari bambu yang lain, namun sebaliknya ia menyatukan dirinya dengan bambu yang lainya sehingga dia terus tetap tumbuh dengan baik.  Saat badai, angin keras datang bambu tersebut tetap terjaga karena ditopang oleh bambu yang sudah kuat.
                Waktu kita perhatikan perkembangan jemaat di dalam kisah para rasul, secara keseluruhan semuanya itu terjadi karena dua  “Kuasa kesatuan orang percaya”.

  1. Kuasa kesatuan orang percaya dengan Allah ay. 23-31
Saat kita membaca Kisah Para Rasul 4:23, dikatakan, sesudah dilepaskan pergilah Petrus dan Yohanes kepada teman-teman mereka, mereka menceriterakan segala sesuatu yang dikatakan imam-imam kepala dan tua-tua kepada mereka.  Mengapa Petrus dan Yohanes ditahan? Karena mereka mengajar orang banyak dan memberitakan, bahwa dalam nama Yesus ada kebangkitan dari antara orang mati (4:3). Apa yang dikatakan oleh imam-imam kepala dan tua-tua itu? Mereka diperintahkan, supaya sama sekali  jangan berbicara atau mengajar lagi dalam nama Yesus(4:18).  Ketika teman-teman Petrus dan Yohanes mendengar hal tersebut, mereka sepakat untuk berdoa kepada Allah.  Mengapa mereka memilih untuk berdoa?  Karena di dalam doa ada sebuah kuasa, yaitu kuasa kesatuan orang percaya dengan Allah yang dipercayainya.  Mereka tahu bahwa ketika mereka berdoa Tuhan tidak tinggal diam karena Dia adalah Allah yang hidup, mereka tidak mau menyerah, pasrah dengan keadaan tetapi mereka ingin merubah keadaan tersebut seturut pimpinan Tuhan.
Di dalam bukunya Stormie Omartian yang berjudul, Kuasa doa seorang suami  dia berkata, apapun yang tidak Anda doakan dalam kehidupan Anda, sama saja Anda serahkan kepada nasib.  Dalam kondisi tersebut orang-orang yang percaya tidak mau menyerahkan hidup mereka pada nasib, tapi mereka ingin menyerahkan hidup mereka dalam pimpinan Tuhan.  Mereka berdoa kepada Tuhan, mereka perlu kekuatan Tuhan sebab Tuhan berkuasa atas langit dan bumi karena Dialah penciptanya.  Mereka mengerti betul, meskipun bangsa-bangsa rusuh, suku-suku bangsa mereka perkara yang sia-sia, raja-raja dunia bersiap-siap, para pembesar berkumpul untuk melawan Tuhan yang telah di urapi, meski di dalam kota Herodes dan Pontius Pilatus telah berkumpul, bahkan semua suku, semua bangsa termasuk Israel melawan Yesus mereka tetap tidak gentar karena mereka tahu Yesus itu kudus, anak Allah yang hidup, yang dari semula telah ditatapkan oleh Allah menjadi nama yang layak diberitakan.  Sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.  Keyakinan tersebut membuat mereka tidak gentar meski ada bahwa yang besar di depan.  Mereka bukan hanya menghadapi pemerintah, tetapi mereka juga menghadapi rakyat-rakyat dan bangsanya sendiri.
Di sini saya perhatikan, ketika kita ingin berjuang demi nama Tuhan, kita bukan hanya menghadapi pemerintah, tetapi juga lingkungan sekitar kita, selain itu kita berjuang menghadapi orang yang satu bangsa dengan kita.  Karena orang satu bangsa belum tentu percaya kepada Tuhan Yesus.  Waktu kita melayani Tuhan dengan setia, kita akan menghadapi berbagai tantangan, ancaman, persoalan-persoalan namun kita tidak perlu takut tapi kita minta kepada Tuhan keberanian, itulah juga yang diminta orang-orang percaya pada saat itu.  Mereka meminta keberanian.  Tanpa keberanian kita tidak mungkin menjadi orang percaya yang solit, yang bergairah, yang semangat, yang antusias.  Dan keberanian semacam itu hanya bisa kita peroleh dari Tangan Tuhan.  Sehingga keberanian yang diminta bukan supaya tanda-tanda dan mujizat-mujizat oleh nama Yesus diberhantikan.  Tetapi mereka memohon supaya Tuhan mengulurkan tangan-Nya sehingga lebih banyak lagi mujizat terjadi.
 Ini sebuah permintaan yang berani, sudah tahu pemerintah, suku2 bangsa, pembesar, Herodes, Pontius Pilatus, imam-imam kepala dan tua2  menentang  mereka tetap saja minta mujizat terus di tambahkan.  Tapi saya pikir kita perlu meniru semangat seperti ini, bukan meminta Tuhan memberhantikan tanda2 dan mujizat tetapi agar Tuhan semakin menambahkan mujizat dan tanda2 dinyatakan.  Kalau kita dilarang ke gereja jangan berdoa kepada Tuhan supaya diijinkan berhenti bergereja tetapi minta keberanian kepada Tuhan untuk semakin semangat bergereja.  Kalau persekutuan kita tidak banyak dihadiri orang jangan minta kepada Tuhan supaya persekutuan tersebut ditutup saja tetapi mintalah kepada Tuhan supaya kita semakin antusias bersekutu.   Ini prinsip Alkitabiah. 
Kita perhatikan kuasa yang muncul ketika mereka bersekutu dengan Allah, Alkitab berkata ketika mereka sedang berdoa (saat itu juga/ tidak menunggu) goyanglah tempat mereka berkumpul itu dan mereka semua penuh dengan Roh Kudus, lalu mereka memberitakan Firman Allah dengan berani.  Dengan kata lain, ketika kita bersekutu dengan Tuhan tidak ada yang sia-sia.  Malah Firman Tuhan berkata ketika mereka sedang bersekutu dengan Tuhan di dalam doa, Tuhan saat itu juga mengulurkan tangan-Nya, membakar hati mereka dengan sebuah keberanian untuk memberitakan Firman Tuhan.  Ini sesuatu yang sangat ajaib.  Tuhan tidak menunda-nunda, karena doa/persekutuan seperti ini sesuai dengan kehendak-Nya.


  1. Kuasa kesatuan orang percaya dengan sesama yang telah percaya ay. 32-37
Mari kita perhatikan jemaat ini mempunyai ciri khas yang patut kita contoh, mereka bersekutu dengan Allah, mereka juga bersekutu dengan sesama.  Kedekatan dengan sesama bukan hanya berbicara tentang jarak rumah yang dekat tetapi juga berbicara tentang hati dan jiwa yang dekat.   Saya harap kita bukan hanya berada di persekutuan yang sama, gereja yang sama, empat tinggal yang sama, tetapi kita perlu membina hidup yang sehati dan sejiwa.  Hati dan jiwa kita adalah sesuatu yang tidak terlihat kasat mata, tapi orang bisa melihat hati dan jiwa kita dari perbuatan yang kita lakukan.  Sikap sehati sejiwa dapat terlihat dari rasa saling memiliki. 
Jadi kita akan tahu kalau pasang suami istri sehati sejiwa adalah dari sikap rasa saling memiliki.  Kalau kita merasa memiliki apakah kita akan memperlakukannya dengan sia-sia.  Mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas, memukulnya, membuangnya, menghinanya, dll.  Saya rasa tidak, karena sikap sehati sejiwa dapat terlihat dari perilaku yang merasa saling memiliki.  Kalau saya boleh tanya, gereja ini milik siapa?  Tentu gereja ini milik Tuhan Yesus, tapi jangan hanya berhenti disitu karena gereja ini milik saya dan saudara juga, dengan kata lain gereja ini milik kita bersama.  Dalam hal ini kita harus sehati.  Dengan kesehatian seperti itu, kita mendukung pemberitaan injil yang disampaikan oleh hamba Tuhan.  Bahkan sesama yang baru bergabung tidak merasa kurang diperhatikan.  Mereka senang, betah, bergairah karena persekutuan yang terjalin dengan mesra di dalam Yesus.  Bahkan masing-masing orang tidak segan-segan berkorban.  Mereka menjual rumah, tanah, kepunyaannya untuk menjadi berkat bagi yang lain.   Dapat kita perhatikan semangat yang luar biasa sebagai dampak persekutuan yang ajaib antara sesama orang percaya, mereka tidak segan2 menyerahkan hidupnya dan harta bendanya kepada rasul-rasul untuk memperluas pekerjaan Tuhan.  Kalau orang sudah tidak segan2 memberikan harta untuk pekerjaan Tuhan maka kita akan tahu bahwa orang tersebut juga pasti tidak segan-segan menyerahkan hidupnya kepada Tuhan.  Puji Tuhan


Soli Deo Glory,

Nikodemus Rindin
               

Rabu, 24 November 2010

Waspadalah Bangun dan Bangkit



Kesudahan segala sesuatu sudah dekat.
 Karena itu kuasailah (control) dirimu dan jadilah tenang
(bersiap siaga-seperti penjaga yang siap menunggu kepulangan president),
supaya kamu dapat berdoa.
(1 Petrus 4:7 )

Itulah sebabnya dikatakan: “Bangunlah, hai kamu yang tidur dan bangkitlah dari antara orang mati dan Kristus akan bercahaya atas kamu.”
Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, jangalah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif,
dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat.  Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan. 
Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur  menimbulkan hawa nafsu, tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh, dan berkata-katalah  seorang kepada yang lain dalam mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian rohani.  Bernyanyi dan bersoraklah bagi Tuhan dengan segenap hati.  Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita dan rendahkanlah dirimu seorang seorang kepada yang lain di dalam takut akan Kristus.
( Efesus 5:14-21)

Pendahuluan:

Shalom!
Bapak, Ibu, saudara/i yang dikasihi Tuhan.  Hari ini kita akan membahas tema mengenai “Waspada, bangun dan bangkit.” Menurut saya tema ini merupakan tema yang sangat penting sekali, mengapa penting? Sebab Firman Tuhan berkata bahwa kesudahan segala sesuatu sudah dekat.  Apanya yang sudah dekat? Jawabnya adalah kesudahan segala sesuatu.  Sesuatu itu apa?  Sesuatu itu adalah semua ciptaan Allah yang berada di muka bumi ini.  Siapa itu? Semua ciptaan, yaitu: tumbuh-tumbuhan, hewan, matahari, bulan bintang, terang dan gelap, (bumi beserta isinya) termasuk hidup kita, berkesudahan untuk tinggal di muka bumi ini. 
Meskipun semua ciptaan Tuhan mengalami masa kesudahan tetapi ada perbedaan yang sangat tajam antara kesudahan yang di alami manusia dengan kesudahan yang dialami oleh semua ciptaan lain.  Setelah masa kesudahan itu, seluruh ciptaan yang lain akan habis lenyap.  Mengapa demikian karena mereka tidak diciptakan Allah dalam kurun waktu yang kekal tetapi diciptakan dalam kurun waktu yang sementara saja.  Tetapi semua manusia, ketika mengalami masa kesudahan di muka bumi ini, mereka akan menerima kekekalan.  Kekekalan itu  tentunya terbagi menjadi 2 tempat:  untuk yang percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya maka mereka akan menerima hidup yang kekal di surga, sedangkan mereka yang tidak pernah mau menerima Yesus sebagai Juruselamat, mereka akan menerima hukuman kekal di Neraka. 
Jadi semua orang tidak terkecuali akan menerima kekekalan. Mengapa demikian? Karena di dalam hidup diri manusia tersimpan atribut Allah, yaitu kekekalan.  Manusia diciptakan segambar dan serupa dengan Allah.  Namun, kekekalan yang diterima oleh mereka yang  berada di dalam Kristus tempatnya berbeda dengan kekekalan yang diterima oleh mereka yang berada di luar Kristus.  Karena hal tersebutlah, maka kita perlu waspada, bangun dan bangkit.  Agar kita tidak asal  masuk ke tempat kekal. Jangan asal saudara karena tempat kekalnya ada dua macam.  Di surga kekal dan di Neraka pun kekal.
Berbicara tentang kewaspadaan, kira-kira kenapa kita harus waspada? Tiga alasan penting yang perlu diketahui, mengapa kita harus waspada:

1.       Sebab hidup kita itu penting
Hidup manusia itu sangat penting sekali, Firman Tuhan berkata manusia itu diciptakan pada hari yang ke enam, pada hari yang terakhir, pada hari dimana Tuhan sudah menciptakan segala sesuatu baru diciptakan-Nya manusia. mengapa demikian? Sebab hidup manusia itu penting.  Kalau manusia itu penting mengapa manusia diciptakan pada hari terakhir? Manusia diciptakan pada hari terakhir adalah supaya segala sesuatu tersedia terlebih dahulu untuk bisa dipakai manusia setelah menusia diciptakan. Saya umpamakan hal seperti ini adalah, sebagaimana orang tua yang telah mempersiapkan segala sesuatu sebelum anaknya lahir.  Hal apa saja yang dipersiapkan sebelum anak lahir? Yang dipersiapkan biasanya menyangkut; box bayi / tempat tidur bayi, celana, baju, popok bayi, lemari bayi, gurita, gendongan, handuk, kaos kaki, kaos tangan, nama anak  laki-laki dan nama perempuan, tempat istri melahirkan dll. Bahkan ada orang yang sudah memplaning anak nanti sekolah dimana dan mau jadi apa. Mengapa harus dipersiapkan terlebih dahulu? Jawabnya adalah sebab anak saudara itu penting.  Kalau anak saudara tidak penting maka saudara akan bentindak masa bodoh.  Anak lahir, lahir aja ngapain repot.  Kalau ada orang yang berpikir seperti itu, maka dia harus kembali kepada prinsip Alkitab, sejak semula Allah menganggap hidup kita penting sekali dimata-Nya, dalam pemandangan mata Allah anda dan saya sangat memikat hati hingga Ia mengatakan sungguh amat baik.  Kalau kita tidak penting dimata Allah, maka cukup bagi Allah untuk menciptakan manusia saja di hari yang pertama kemudian Ia tinggal.  Allah bisa saja melakukan hal tersebut kalau Ia mau. Tapi kita bersyukur Allah kita tidak seperti demikian sebab Ia ingin memberikan keteladanan yang agung kepada kita. 
Merenungkan bagaimana luasnya hati Allah dan panjangnya kemurahan-Nya, maka hati saya kadang ingin menangis kalau melihat kondisi dunia disekitar kita.  Bagaimana tidak, sebab ada orang yang mengisahkan bahwa sejak kecil ia telah dibuang oleh orang tuanya, sejak kecil ia dititip dipanti asuhan, ayah dan ibunya bukan orangtua aslinya tetapi para suster, tempat tinggalnya bukanlah rumahnya sendiri tetapi panti asuhan.  Disini kita menemukan sisi gelap kehidupan manusia, tidak memandang satu sama lain sebagai pribadi yang penting. Di buang begitu saja.  Belum lagi diri kita kadang lengah untuk melihat kedalaman hati dan prilaku,  hidup yang kita jalani tidak karu-karuan tepat seperti yang digambarkan di dalam prikop pembacaan kita pada ayat-ayat sebelumnya dikatakan mereka hidup dalam rupa-rupa hawa nafsu, keinginan, kemabukan, pesta pora, perjamuan minuman dan penyembahan berhala.  Petrus menyebut hidup seperti itu adalah hidup yang tidak senonoh – bahkan kalimat yang lebih tajam  Petrus katakan hidup sedemikian adalah hidup seperti dalam kubangan, kubangan itu tempat siapa? Jelas kubangan itu bukan tempat manusia tetapi tempat babi hutan.  Apakah maksud Petrus untuk mengatakan bahwa orang-orang tersebut adalah babi hutan, saya pikir tidak.  Saya pikir Petrus ingin berkata supaya mereka tidak berada ditempat yang salah dan menjijikkan itu.  Disini Petrus hanya ingin menyadarkan mereka bahwa tempat tersebut adalah tempat yang jijik tidak pantas untuk manusia.  Bukan hanya itu, Petrus mengingatkan mereka bahwa kesudahan segala sesuatu sudah dekat mereka harus kembali kepada Tuhan Yesus dan bertobat sebab setelah semuanya berakhir maka masing-masing kita akan menghadap Allah memberikan pertanggungan jawab kepada Allah atas segala prilaku kita.
Di hadapan Allah kelak, hanya orang yang menyadari bahwa hidupnya itu penting yang mampu memberikan pertanggungan jawab hidupnya kepada Tuhan, mereka bisa berkata Tuhan injil telah diberitakan di dalam hidup kami dan orang lain sehingga rohku dapat hidup menurut kehendak-Mu.  Itulah sikap hidup orang yang waspada, mereka bangun dan bangkit.   Mempersembahkan hidupnya kepada Allah karena menyadari bahwa hidup ini memang penting, Firman Tuhan berkata, “bukankah hidup itu lebih penting dari makanan dan tubuh ini penting daripada pakaian?

2.       Sebab hidup kita itu terbatas
Hidup yang kita jalani di dunia ini ada batasannya itu sebab dikatakan bahwa kesudahan segala sesuatu sudah dekat.  Menurut beberapa penasir, kalimat ini mengacu pada kematian fisik semua manusia.  Mengapa manusia mati? Jawabnya adalah karena hidup kita – fisik kita itu terbatas.  Siapa yang membatasinya? Jelas Tuhan Allah sendiri yang membatasinya. Pemazmur berkata hidup kita itu tujuh puluh tahun dan kalau kuat delapan puluh tahun selain itu kesusahan dan penderitaan.  Bukan hanya itu, rupanya waktu kita itu berlalunya cepat sekali atau buru-buru, tidak menunggu, tidak kompromi terus saja berjalan.  Ada orang berkata, waktu kita kecil waktu itu merangkak seperti seorang anak yang baru belajar berjalan karena biasanya anak menghitung hari itu dengan ulang tahun – menurutnya waktu itu berjalan lama sekali karena hitungan tahunan, tetapi waktu kita remaja atau pemuda waktu itu berjalan karena hitungannya semesteran, ia menghitung waktu kapan waktu semesterannya, namun kalau sudah dewasa waktu itu berlari dan hitungannya perbulan, yaitu kapan gajian. Dan ketika tua waktu itu terbang karena hitunganya makin pendek bisa mingguan, harian, bahkan jam demi jam.  Sampai akhirnya waktu itu berlalu – melayang dan lenyap.  
 Jadi semua orang yang ada di bawah kolong langit ini umurnya terbatas, baik orang kaya maupun orang miskin, orang berpangkat maupun orang yang tidak memiliki pangkat, orang suci maupun orang berdosa, orang Israel maupun keturunan Ismael.   Meskipun sama-sama memiliki keterbatasan dalam hidup, orang yang percaya kepada Tuhan Yesus kualitas hidupnya pasti lebih tinggi dari orang yang tidak percaya kepada Tuhan.  Mengapa demikian?  Karena setelah kita percaya kepada Yesus, Firman Tuhan berkata, Yesuslah yang menjadi gembala dalam hidup kita – dengan kata lain Yesus menjadi pemimpin kita.  Ia juga berkata, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan, memberikan kualitas, mendatangkan yang terbaik.  Puji Tuhan.  Itu sebab kalau hari ini kita bisa melakukan yang terbaik, saya yakin pasti bukan karena hebatnya kita tetapi karena Allah turut bekerja.  Kalau pelayanan berhasil, kalau usaha berhasil, kalau keluarga harmonis, kalau bangsa dipulihkan, maka kita melihat bukan diri kita yang hebat tetapi karena tangan Tuhan turut bekerja di dalamnya. 

3.       Sebab di dalam hidup kita tersimpan benih kekekalan

Dari semua ciptaan Tuhan yang lain, manusia adalah satu-satunya makhluk yang diberikan Tuhan tubuh, jiwa dan roh.  Semua ciptaan lain memiliki tubuh dan jiwa tetapi mereka tidak mempunyai roh.  Tubuh dan jiwa bersifat sementara tetapi roh kita bersifat kekal.  Nah, karena di dalam kita ada roh maka di dalam hidup semua manusia tersimpan kekekalan.
Manusia diciptakan segambar dan serupa dengan Allah. Waktu tubuh kita mati, maka roh kita tetap ada karena roh itu bersifat kekal. Namun, kekekalan yang diterima oleh mereka yang  berada di dalam Kristus tempatnya berbeda dengan kekekalan yang diterima oleh mereka yang berada di luar Kristus.  Mereka yang berada di dalam Kristus tempat kekalnya di surga kekal dan sedangkan mereka yang berada diluar Kristus karena tidak mau menerima Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat, tempatnya di Neraka.
Kalau begitu, apakah kita tetap memilih kebinasaan?  Saya rasa tidak, karena perbuatan demikian pasti konyol.  Masakan waktu kita sedang tenggelam di laut ada orang yang mau menolong kita menolaknya.  Yesus Kristus telah berkata, Akulah jalan kebenaran dan hidup, tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa kalau tidak melalui Aku.  Kunci yang sangat penting agar kita masuk ke surga adalah menerima tangan Yesus yang telah mengulurkan tangan-Nya untuk menyelamatkan kita.


Kesimpulan

Waspada, bangun dan bangkit, itu akan terjadi apabila kita mengerti bahwa hidup kita itu penting, hidup kita itu terbatas dan dan mengetahui bahwa di dalam hidup kita tersimpan kekekalan.  Waktu kesadaran seperti itu muncul maka kita akan hidup sesuai dengan kehendak Allah, hidup dengan makna, mempergunakan waktu dengan sebaik-baiknya. Semuanya itu kita lakukan karena kita tahu bahwa kekekalan ada di dalam hidup kita. Amin

Selasa, 23 November 2010

Bertemu Tuhan dalam Kehilangan



Maka berdirilah Ayub, lalu mengoyak jubahnya, dan mencukur kepalanya, kemudian sujudlah ia dan menyembah, katanya: ”Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya.  Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan!”
Dalam, kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut.
Ayub 1:20-22
Mari kita lihat kembali, hal apa yang terjadi pada  Ayub, padahal pada  ayat: 
  1. Saleh, Jujur; takut akan Allah dan menjauhi kejahatan
  2. Mempunyai 10 anak: 7 laki2 dan 3 perempuan
  3. Memiliki: 7000 ekor kambing domba, 3000 ekor unta, 500 psg lembu, 500 keledai betina, budak-budak dalam jumlah yang besar.
Kesesimpulannya: Ayub adalah orang terkaya dari semua orang di sebelah timur.
Luar biasa Ayub bukan? Ia kaya dalam tiga aspek:
  1. Kaya di dalam spiritual
  2. Kaya di dalam material
  3. Kaya di dalam sosial
Kita pasti senang dengan orang seperti Ayub.  Karena rohaninya hebat maka kita menjadikan dia sebagai guru rohani kita.  Karena secara material dia kaya, maka kita tentu tidak susah mencari kerja padanya.  Karena sosialnya tinggi, maka kita menjadikan dia sebagai tokoh di dalam masyarakat kita.
Namun pada ayat 13-19, kita menjumpai Ayub di timpa berbagai persoalan. 
1.    Ternaknya habis di rampas dan di sambar api dari langit
2.    Ke sepuluh anaknya meninggal
               
Di dalam banyak hal kita berbeda dengan Ayub.  Kita bukan orang yang paling kaya, tidak punya anak sebanyak anak Ayub, dan mungkin tidak hidup sesaleh dia.  Tapi ada satu pengalaman universal – yang pernah di alami semua orang adalah pernah sama-sama mengalami kehilangan.

KEHILANGAN SIFATNYA UNIVERSAL

Kehilangan, siapa yang tidak pernah mengalaminya? 
Daud seorang raja pernah kehilangan anaknya, ia berkata, “Anakku Absalom, Absalom, Anakku Absalom! Ah, kalau aku mati menggantikan engkau, Absalom, anakku, anakku!” 2 Samuel 18:33
Seorang ibu ditinggal mati oleh putra kesayangan satu-satunya, ia membawa anak itu kepada tabib terpandai di kotanya dan memohon agar anaknya di hidupkan kembali.  Tabib itu berkata, “oh mudah saja. Coba ibu cari sebutir  kacang merah dari keluarga yang tidak pernah mengalami kehilangan.”  Setelah berkeliling berbulan-bulan lamanya, ibu itu kembali kepada si tabib dengan tangan hampa.  Kacang merah mudah di cari, tetapi dari keluarga yang tidak pernah mengalami kehilangan itulah yang tidak dijumpainya.
Jadi semua orang pernah mengalami kehilangan.  Orang kaya pernah.  Orang miskin pernah.  Orang berpangkat pernah.  Orang yang berkedudukan rendah pun pernah.  Termasuk saya pernah kehilangan.

KEHILANGAN MENIMBULKAN AKSI

Pada saat kehilangan, aski yang kita lakukan bisanya berupa:

Pertama, Aksi muncul dalam bentuk kata-kata.  Kata-kata yang sering muncul biasanya MENGAPA?..mengapa ini bisa terjadi. Mengapa ini terjadi pada keluargaku.  Kata yang lain berupa,  KALAU SAJA…kalau ambulans tidak terlambat datang.  Kalau saja, dia tidak sakit.  Pasti dia tidak,…
Ilustasi: Tentara dalam gambar berkata, mengapa?  Mengapa temanku mati?  Mengapa begitu cepat?  Dan mengapa, mengapa lainnya.

Kedua, Aksi muncul dalam bentuk menangis.  Kehilangan memunculkan tangisan.  Entah itu karena putus cinta, karena kematian, karena pencuriaan, karena kebakaran dll.

Ketiga, Aksi muncul dalam bentuk tindakan.  Waktu kehilangan kita bisa memukul dada, memukul tembok, mengoyak jubah, mencukur kepala.  – tindakan yang extreme adalah merokok, minum mabuk, bahkan ada yang bunuh diri.

Keempat, Aksi muncul dalam bentuk datang kepada Tuhan.  Di katakana Ayub sujud dan menyembah.
Ayub dalam kehilangannya, ia memilih untuk mencari wajah Tuhan, mencari jawaban dari-Nya.
  
Rupanya benar dengan berada di hadirat Tuhanlah, Ayub mengerti sampai mengelurkan kalimat yang penting dari mulutnya, “Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya.  Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan!”(Ayub 1:21). 

Puji Tuhan!  Dalam kehilangan Ayub, ia justru mendapatkan Tuhan yang luar biasa.  Seperti apakah Tuhan yang Ayub mengerti ketika ia sedang mengalami kehilangan? Dalam kehilangan Ayub Ia mengerti bahwa:

I.        Tuhan yang menciptakan, Tuhan juga mengembalikan

Hidup manusia pada kedua ujungnya telanjang.  

Ujung pertama. Saya lahir dari rahim ibu kondisinya telanjang.  Ada di sini yang lahir pake pakaian?  Tentu tidak bukan.  Itu membuktikan bahwa Tuhanlah yang merajut/ membentuk kita dalam kandungan ibu.  Waktu kita lahir terjadi kebahagiaan yang luar biasa.  Orang tua mengadakan ucapan syukur dan mengundang para tamu-tamu.  Namun sebaliknya, ketika kita mati, orang tua kita sedih dan  para tamu ikut merasakan kesedihan tersebut.

Ujung kedua. Saya mati dalam kondisi telanjang.  Apa artinya telanjang?  Arti tidak membawa apa-apa.  Kalau pun membawa sesuatu semuanya itu tidak bisa saya nikmati.  Saat kita mati, maka kita kembali kepada Tuhan. 

 Istilah Kembali kepada Tuhan dalam Alkitab bisa dimengerti di dalam beberapa sudut. 
1.       Bertobat – percaya kepada Yesus sebagai Juruselamat pribadi
2.       Panggilan Tuhan untuk membangun rohani
3.       Meninggal dan harus kembali kepada Tuhan

Di dalam Arti kesemuanya itu Allah ingin kita kembali kepada Dia. 
Ilusrasi:  Ada seorang kaya yang membawa satu kereta  dengan kuda yang begitu besar dan kuat – kehilangan arah – Tujuannya selatan tapi menuju utara.  Ia berkata, Utara dan selatan itu tak penting, yang penting kuda saya kuat, rodanya kuat dan rumput masih banyak.  Apa yang terjadi, makin kuat kuda, makin kuat roda, dan makin banyak rumput kita semakin jauhlah kita tersesat.  

II.       Tuhan yang memberi, Tuhan juga yang mengambil

Ayub menunjukan bahwa semua yang kita miliki adalah pemberiaan yang berupa TITIPAN atau PINJAMAN SEMENTARA.  Karena itu boleh diambil kembali oleh pemiliknyasewaktu-waktu.  Maka sebenarnya, ketika titipan atau pinjaman itu diambil, walau pun dengan berat hati sebenarnya kita tidak kehilangan, karena semuanya itu bukan milik kita.  Kita hanya mengembalikannya.  Dengan  demikian, haruslah kita sadari bahwa kita hanyalah seorang pengelola saja.

Harta adalah titipan Tuhan, keluarga adalah titipan Tuhan.  Jemaat adalah titipan Tuhan.  Semua adalah titipan dan bukan milik kita.  Hanya dengan pengertian tersebut kita berani melepaskan uang yang ada pada kita untuk Tuhan. Melepaskan anak kita untuk menjadi hamba Tuhan. Dan melepas orang yang kita kasihi kembali kepada Tuhan.

III.    Tuhan adalah Allah yang layak dipuji

Ayub memuji Tuhan.  Sebab dia mengerti bahwa Allahlah yang mencipta sehingga semuanya ada.  Allahlah yang memberi sehingga semuanya tersedia.  Dan Allahlah yang mengambil sehingga semua orang kembali menghadap-Nya.

Dalam kesemuanya itu Ayub masuk pada titik yang sangat penting.  Bahwa kehilangannya membawa dia tahu bahwa:  Sang Pemberi  (Allah) lebih penting dari pada segala  pemberiaannya.  Pikiran bahwa sang pemberi yang penting daripada pemberiannya harus kita maknai dalam hidup ini.  Pemberi itu berbicara tentang oknum/pribadi, yaitu Allah.  Tetapi pemberiaan berbicara tentang materinya; harta, keluarga, dan orang yang kita kasihi.  Jadi kalau kita mencari pasangan hidup yang kita lihat pribadinya atau materinya.  Di dalam salah satu acara stasiun TV yang berjudul,  take me out, para wanita pemilih, sering terjebak memilih cowok atau pria yang berduit tanpa lebih dahulu tahu pribadi orang yang dipilih seperti apa.
Waktu Ayub tahu bahwa Tuhanlah segalanya bagi hidupnya, ia bangkit dari kesedihannya, lalu memuji Allah.

KESIMPULAN
                Dengan segala keterhilangan kita, di dalam Tuhan ada jawabannya.  Tuhan membawa Ayub pada titik demi titik sehingga ia mampu berkata, “Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya.  Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan!”(Ayub 1:21). Amin.

khotbah