Rencana Tuhan sangat
unik dan indah dalam membentuk setiap keluarga. Bahkan saat kehadiran anak dalam
sebuah keluarga. Membangun keluarga yang kokoh dengan dasar yang benar itulah
yang dikehendaki oleh Allah. Alkitab
sangat serius menekankan tentang betapa pentingnya menikah dengan pasangan yang
seiman agar ada kesepakatan dan kesamaan nilai dalam mendidik anak yang Tuhan
percayakan. Sebab nilai kebenaran yang
kita pegang itulah yang akan membentuk pola pendidikan yang kita ajarkan dan lakukan. Dan
jangan pernah lupa bahwa keluarga adalah “gereja kecil” yang Tuhan pakai
sebagai “sekolah” untuk anak-anak. Sekaligus
menjadi agen Allah untuk mewarnai dunia sekitar. Di dalam keluarga anak perlu
diajarkan tentang prinsip-prinsip kebenaran firman Tuhan. Itu sebab sebagai
wakil Allah, maka setiap orang tua harus melakukan perannya sebagai pendidik
yang takut akan Tuhan dan mau belajar firman Tuhan. Sehingga tugas yang diemban
sejalan dengan kehendak-Nya. Mengutip dari tulisan Pdt. Esther S. Hermanus mengenai
pendidikan anak, ia mengatakan:
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar kekerasan,
Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar menjadi pemalu,
Jika anak dibesarkan dengan rasa malu, ia belajar merasa bersalah,
Jika anak dibesarkan dengan dorongan dan semangat, ia belajar percaya diri,
Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar untuk menghargai,
Jika anak dibesarkan dengan kejujuran, ia belajar tentang keadilan,
Jika anak dibesarkan dengan keamanan, ia belajar tentang iman,
Jika anak dibesarkan dengan restu, ia belajar menyukai diri sendiri,
Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang, ia belajar mengasihi dunia
Bagaimana anak nantinya dan siapa anak itu,
sangat ditentukan dari pola pendidikan yang dijalankan di rumah. Sadar atau tidak bahwa di dalam diri kita
sebagai orang tua melekat dengan kuat otoritas Allah dalam mendidik anak. Ayah
sebagai pemimpin dan ibu sebagai penolong serta anak-anak sebagai anggota dalam
keluarga. Itulah struktur keluarga yang ditetapkan oleh Tuhan. Dan Kristus
adalah kepala yang memerintah secara penuh dalam keluarga. Perintah-Nya sangat
jelas agar setiap orang tua mengajarkan kepada anak-anaknya untuk hidup
mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa dan kekuatan (Ulangan 6:4-9) dan
mendidik orang muda dijalan yang benar sesuai dengan jalan hidup yang telah
direncanakan Tuhan supaya hidupnya tidak menyimpang dari jalan itu (Amsal
22:6). Namun dalam mengemban pendidikan itu kita dituntut untuk menjadi teladan
dari apa yang diajarkan dan mengajarkannya dengan penuh sabar dan kasih. Proses mengajar anak harus disertai dengan
tindakan dan teladan yang hidup dari orang tua agar tidak menimbulkan
kebingungan. Ketulusan dalam mengajar cepat atau lambat pasti akan mengerjakan
buah pada waktunya. Itu sebab jangan
pernah menyerah dan putus asa dalam menjalankannya. Anak perlu dilatih untuk
beribadah, diajar berdoa, diajar beriman dan diajar untuk memahami kebenaran
firman Tuhan. Berikan disiplin pada waktunya bila memang diperlukan. Dan berikan dorongan kepada anak agar tidak
cepat menyerah. Pujian tentu sangat diperlukan saat ia berhasil melakukan suatu
pekerjaan dengan baik. Hindari
menggunakan kata-kata yang melemahkan mental atau kata-kata yang tak pantas. Selalu berlaku bijaksana.
Akhirnya Tuhan menginginkan agar para orangtua
benar-benar berkomitmen untuk mendidik anak di jalan yang telah Tuhan
rencanakan di dalam hidupnya. Tuhan pasti memiliki sebuah rencana yang indah di
dalam menciptakan setiap anak. Sudah menjadi tugas orangtua untuk menuntun anaknya
agar tetap berada di jalan yang benar. Oleh karena itu, orangtua harus meminta
hikmat dan kekuatan dari Tuhan agar dapat mengarahkan anak-anak yang telah
Tuhan percayakan kepada mereka ke jalan yang Tuhan tetapkan.