Kitab Ibrani merupakan
kitab yang paling penting karena mengupas secara ketat mengenai Kristologi dan
prinsip-prinsip rohani yang praktis berupa nasihat-nasihat, bimbingan dan
penghiburan agar Jemaat Ibrani selalu memelihara kasih - persaudaraan, peduli
kepada sesama yang tertindas, hidup hormat dalam perkawinan, tidak menjadi
hamba uang, mengingat dan mencontohi iman para pemimpin rohani, memaknai
pengorbanan dengan benar - berbuat baik
dan mentaati pemimpin serta berdoa bagi mereka.
Seorang pemimpin adalah
seseorang yang selalu diharapkan bisa menjadi contoh, dapat diteladani, rela
berkorban dan mau menyangkal diri demi orang-orang yang dipimpinnya. Karena itu mengawasi diri dan ajaran agar
tetap sejalan dengan kebenaran firman Tuhan dan hidup menjadi panutan dalam
banyak hal tentu sangat perlu dilakukan. Sehebat apapun seseorang tentunya
seorang pemimpin juga memiliki berbagai titik-titik kelemahan yang mungkin saja
bisa menjadi celah untuk godaan dan cobaan hingga terperangkap dalam siasat
dari si jahat. Itu sebab, penulis surat Ibrani secara sadar meminta kepada
Jemaat agar mereka didukung terus di dalam doa.
Mereka mengakui kelemahan diri lalu menyerahkan diri pada tangan yang
Ilahi. Hal ini sebetulnya hendak memberikan sebuah pesan penting bahwa sehebat
apa pun manusia, ia tetaplah perlu tangan Allah menolongnya. Kita Perlu Tuhan
dan harus mengakui dengan berani bahwa sesunggunya kita terbatas dan hanya
Allah saja yang tidak pernah terbatas.
Di dalam khotbah ekposisi
yang disampaikan oleh Pdt. Stephen Tong berkaitan dengan ayat 18 ini, maka ia
mengatakan bahwa, “Mengapa mereka perlu dukungan doa? Karena tantangan di dalam pelayanan sangat berat dan berbagai
macam tantangan tersebut bisa saja datangnya dari dalam dan bisa juga dari luar Jemaat/gereja. Tentang yang lain lagi bisa berupa peperangan
rohani yang sengit melawan kuasa si jahat dalam memberitakan injil kepada
jiwa-jiwa yang berdosa, membuka rahasia Injil, keberanian untuk berbicara
tentang dosa dan membuka rahasia setan.” Semua tantangan yang ada tidak harus
membuat kita lemah tetapi hendaknya membuat kita terus teguh berdiri di dalam
keyakinan yang benar dan bersandar pada kuasa Tuhan. Karena itu penting bagi
kita untuk mengetahui bahwa hati nurani kita telah dikuasai oleh kebenaran
sehingga kita selalu ingin melakukan sesuatu yang baik agar tidak ada celah
bagi si jahat untuk menggugat dan membantahnya.
Namun harus kita sadari bahwa ternyata banyak sekali pemimpin-pemimpin
yang telah rusak hati nuraninya sehingga bukan hal yang baik yang ingin
dilakukannya tetapi justru yang jahat. Seseorang yang memiliki hati nurani yang murni
dipastikan akan memiliki integritas, tidak munafik (bermuka dua) dan dapat
dipercaya. Itulah sebabnya rasul Paulus dengan bersungguh hati melakukan apa
yang menjadi kehendak Tuhan. Motivasinya tulus yaitu hanya ingin menyenangkan
hati Tuhan, bukan manusia. Paulus berkata, “Sebab itu aku senantiasa
berusaha untuk hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah dan
manusia.” (Kisah 24:16). Apa rahasia kemenangan Paulus sehingga ia
tidak sampai tergeletak? Paulus, bukan hanya berhasil mengatasi
kesulitan-kesulitan yang ada, melainkan juga masih bisa menolong dan memberi
kekuatan kepada orang-orang yang dilayaninya. Salah satu kuncinya adalah
memiliki hati nurani yang murni! Untuk itu doa bagi mereka yang menjadi
pemimpin sangat diperlukan dan begitu penting agar Allah selalu menopang dan
memimpin agar tidak tersesat. Mawas diri dan bergantung penuh pada Tuhan dengan
terus menjaga hati nurani yang murni itulah yang patut dilakukan oleh seorang
pemimpin rohani.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar